Kumpulan artikel tentang Pengetahuan, pendidikan dan dunia

Senin, 13 November 2023

Peradaban Awal di Kepulauan Indonesia Sebelum Mengenal Tulisan

| Senin, 13 November 2023
Peradaban Indonesia

    Pada era modern ini, jika sahabat Pustaka Pengetahuan menengok peralatan dapur masa kini di beberapa daerah perdesaan mungkin masih menemukan peralatan masak yang terbuat dari batu.  Misalnya  alat  untuk menghaluskan  bumbu  masak. Di daerah pulau Jawa  disebut  sebagai  cobek mungkin di daerah lain mempunyai  nama yang berbeda-beda. Jadi meskipun kini kehidupan sudah modern ternyata masih ada peralatan  manusia pada masa praaksara yang masih bertahan sampai sekarang. 

Pengertian Zaman Praaksara

Zaman manusia purba tidak mengenal tulisan dalam kebudayaannya. Sehingga periode kehidupan ini dikenal dengan  zaman praaksara. Masa praaksara berlangsung sangat lama jauh melebihi periode kehidupan manusia yang sudah mengenal tulisan. Oleh karena itu, untuk dapat memahami perkembangan kehidupan manusia pada zaman praaksara kita perlu mengenali tahapan-tahapannya. Sebelum mengenali tahapan – tahapan atau pembabakan perkembangan kehidupan dan kebudayaan  zaman praaksara, perlu kamu ketahui lebih dalam yang dimaksud zaman praaksara. Praaksara adalah istilah untuk menggantikan istilah prasejarah.  

Dalam penggunaan istilah prasejarah untuk menggambarkan perkembangan kehidupan dan budaya  manusia   saat  belum mengenal tulisan kurang tepat. Pra berarti sebelum dan sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lalu yang berhubungan dengan  aktivitas  dan  perilaku  manusia,  sehingga  prasejarah berarti sebelum ada sejarah. Sebelum ada sejarah berarti sebelum ada aktivitas kehidupan manusia. Dalam kenyataannya sekalipun belum mengenal tulisan, makhluk yang dinamakan manusia sudah memiliki sejarah dan sudah menghasilkan kebudayaan. Oleh karena itu, para ahli mempopulerkan istilah praaksara untuk menggantikan istilah prasejarah. 

Kata "praaksara" berasal dari dua kata, yakni pra yang  berarti sebelum dan aksara yang berarti tulisan. Dengan demikian, zaman praaksara  adalah  masa  kehidupan manusia sebelum  mengenal tulisan. Ada istilah yang mirip dengan istilah praaksara, yakni istilah nirleka. Nir berarti tanpa dan leka berarti tulisan. Karena belum ada tulisan maka untuk mengetahui sejarah dan hasil-hasil kebudayaan manusia adalah dengan melihat beberapa sisa peninggalan yang dapat kita temukan. 

Dari data etnografi yang menggambarkan kehidupan masyarakat praaksara ternyata masih berlangsung sampai sekarang. Entah itu pola hunian, pola pertanian subsistensi, teknologi tradisional dan konsepsi kepercayaan tentang hubungan harmoni antara manusia dan alam, bahkan kebiasaan memelihara hewan seperti anjing dan kucing di lingkungan manusia modern perkotaan. Demikian pula kebiasaan bertani merambah hutan dengan motode ‘tebang lalu bakar’ (slash and burn) untuk memenuhi kebutuhan secukupnya masih ada hingga kini. Namun, kebiasaan merambah hutan dan hidup berpindah-pindah pada masa lampau tidak menimbulkan malapetaka asap yang mengganggu penerbangan domestik. 

Adapun arti penting dari pembelajaran tentang sejarah kehidupan zaman praaksara pertama-tama adalah kesadaran akan asal usul manusia. Tumbuhan memiliki akar. Semakin tinggi tumbuhan itu, semakin dalam pula akarnya menghunjam ke bumi hingga tidak mudah  tumbang  dari  terpaan  angin  badai  atau  bencana  alam lainnya. Demikian pula halnya dengan manusia. Semakin berbudaya seseorang atau kelompok masyarakat, semakin dalam pula kesadaran kolektifnya tentang asal usul dan penghargaan terhadap tradisi. Jika tidak demikian, manusia yang melupakan budaya bangsanya akan mudah terombang-ambing oleh terpaan budaya asing yang lebih kuat, sehingga dengan sendirinya kehilangan identitas diri. Jadi bangsa yang gampang meninggalkan tradisi nenek moyangnya akan mudah didikte oleh budaya dominan dari luar yang bukan miliknya.  

Teori Penciptaan Bumi

Ada banyak teori dan penjelasan tentang penciptaan bumi, mulai  dari  mitos  sampai  kepada  penjelasan  agama  dan  ilmu pengetahuan. Kali ini kamu belajar sejarah sebagai cabang keilmuan, pembahasannya  adalah pendekatan ilmu pengetahuan, yakni asumsi-asumsi ilmiah, yang kiranya juga tidak perlu bertentangan dengan ajaran agama. Salah satu di antara teori ilmiah tentang terbentuknya bumi adalah Teori “Dentuman Besar” (Big Bang), yang  dikemukakan  oleh  sejumlah  ilmuwan,  misalnya  ilmuwan besar Inggris, Stephen Hawking. 

Pada teori ini menyatakan bahwa alam semesta mulanya berbentuk gumpalan gas yang mengisi seluruh ruang jagat raya. Jika digunakan teleskop besar Mount Wilson untuk mengamatinya akan terlihat ruang jagat raya itu luasnya mencapai radius 500 juta tahun cahaya. Gumpalan gas itu suatu saat meledak dengan satu dentuman yang amat dahsyat. Setelah itu, materi yang terdapat di alam semesta mulai berdesakan satu sama lain dalam kondisi suhu dan kepadatan yang sangat tinggi, sehingga hanya tersisa energi berupa proton, neutron dan elektron, yang bertebaran ke seluruh arah.  

Karena ledakan dahsyat itu menimbulkan gelembung-gelembung alam semesta yang menyebar dan  menggembung  ke  seluruh penjuru, sehingga membentuk galaksi, bintang-bintang, matahari, planet-planet, bumi, bulan dan meteorit. Bumi kita hanyalah salah satu titik kecil saja di antara tata surya yang mengisi jagat semesta. Di samping itu banyak planet lain termasuk bintang-bintang yang menghiasi langit yang tak terhitung jumlahnya. Boleh jadi ukurannya jauh lebih besar dari planet bumi.

Proses Evolusi Bumi

Proses evolusi alam semesta itu memakan waktu kosmologis yang sangat lama sampai berjuta tahun. Terjadinya evolusi  bumi  sampai  adanya  kehidupan  memakan  waktu  yang sangat panjang. Ilmu paleontologi membaginya dalam enam tahap waktu geologis. Masing-masing ditandai oleh peristiwa alam yang menonjol, seperti munculnya gunung-gunung, benua, dan makhluk hidup yang paling sederhana. Sedangkan proses evolusi bumi dibagi menjadi beberapa periode sebagai berikut. 

  • Azoikum (Yunani: a = tidak; zoon = hewan), yaitu zaman sebelum adanya kehidupan. Pada saat ini bumi baru terbentuk dengan suhu yang relatif tinggi. Waktunya lebih dari satu miliar tahun lalu. 
  • Palaezoikum, yaitu zaman purba tertua. Pada masa ini sudah meninggalkan fosil flora dan fauna. Berlangsung kira-kira 350 juta tahun. 
  • Mesozoikum,  yaitu  zaman  purba  tengah.  Pada  masa  ini hewan  mamalia  (menyusui),  hewan  amfibi,  burung  dan tumbuhan berbunga mulai ada. Lamanya kira-kira 140 juta tahun.  
  • Neozoikum, yaitu zaman purba baru, yang dimulai sejak 60 juta tahun yang lalu. Zaman ini dapat dibagi lagi menjadi dua tahap (Tersier dan Kuarter). Zaman es mulai menyusut dan makhluk-makhluk tingkat tinggi dan manusia mulai hidup.  

Terbentuknya Kepulauan Indonesia

proses terbentuknya kepulauan indonesia

Jika merujuk pada tarikh bumi di atas, sejarah Kepulauan Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang dan rumit. Sebelum bumi didiami manusia, kepulauan ini hanya diisi flora dan fauna yang masih  sangat  kecil dan sederhana.  Alam juga harus menjalani evolusi terus-menerus untuk menemukan keseimbangan  agar mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi alam dan iklim, sehingga makhluk hidup dapat bertahan dan berkembang biak mengikuti seleksi alam.  

Permukaan Bumi yang terhampar luas ini diciptakan Tuhan Yang Maha Pencipta untuk kehidupan dan kepentingan hidup manusia. Pada bumi ini hidup berbagai flora dan fauna serta tempat bersemainya manusia dengan keturunannya. Di bumi ini kita bisa menyaksikan keindahan alam, kita bisa beraktivitas dan berikhtiar memenuhi kebutuhan hidup kita. Namun harus dipahami bahwa bumi kita juga sering menimbulkan bencana. Sebagai contoh munculnya aktivitas lempeng bumi yang kemudian melahirkan gempa baik tektonis maupun vulkanis, bahkan sampai menimbulkan tsunami. Sebagai contoh tentu kamu masih ingat gempa dan tsunami yang terjadi di  Aceh, gempa di Yogyakarta, di Papua dan beberapa daerah lain, termasuk beberapa gunung api meletus. Bencana tersebut telah mengakibatkan ribuan nyawa hilang dan harta benda melayang. 

Pada fenomena alam  yang  terjadi  itu merupakan bagian tak terpisahkan dari aktivitas panjang bumi kita sejak proses terjadinya alam semesta ratusan, ribuan, bahkan juta tahun yang lalu. Proses tersebut  secara  geologis mengalami beberapa  tahapan atau pembabakan waktu. Berikut ini kita mencoba menelaah tentang pembabakan waktu alam secara geologis dan terbentuknya Kepulauan Indonesia terbentuk. 

Adapun gugusan kepulauan ataupun wilayah maritim seperti yang kita temukan sekarang ini terletak di antara dua benua dan dua samudra, antara Benua Asia di utara dan Australia di selatan, antara Samudra Hindia di barat dan Samudra Pasifik di belahan timur. Faktor letak ini memainkan peran strategis sejak zaman kuno sampai sekarang. Namun sebelum itu marilah kita sebentar berkenalan dengan kondisi alamnya, terutama unsur-unsur geologi atau unsur – unsur geodinamika yang sangat berperan dalam  pembentukan Kepulauan Indonesia.  

Adapun menurut para ahli bumi, posisi pulau-pulau di Kepulauan Indonesia terletak di atas tungku api yang bersumber dari magma dalam perut bumi. Inti perut bumi tersebut berupa lava cair bersuhu sangat tinggi. Makin ke dalam tekanan dan suhunya semakin tinggi. Pada suhu yang tinggi itu material-material akan meleleh sehingga material di bagian dalam bumi selalu berbentuk cairan panas. Suhu tinggi ini terus-menerus bergejolak mempertahankan cairan sejak jutaan tahun lalu. Ketika ada celah lubang keluar, cairan tersebut keluar berbentuk  lava  cair.  Ketika  lava mencapai  permukaan  bumi,  suhu menjadi  lebih  dingin  dari  ribuan derajat   menjadi   hanya   bersuhu normal  sekitar  30  derajat.  Pada suhu ini cairan lava akan membeku membentuk batuan beku atau kerak. Keberadaan kerak benua (daratan) dan kerak samudra selalu bergerak secara dinamis akibat tekanan magma dari perut bumi. Pergerakan unsur-unsur geodinamika ini dikenal sebagai kegiatan tektonis.  

Pada sebagian wilayah Kepulauan Indonesia merupakan titik temu di antara tiga lempeng, yaitu Lempeng Indo-Australia di selatan, Lempeng Eurasia di utara dan Lempeng Pasifik di   timur.   Pergerakan lempeng-lempeng tersebut dapat berupa subduksi  (pergerakan lempeng ke atas), obduksi (pergerakan lempeng ke bawah)  dan  kolisi  (tumbukan lempeng).  Pergerakan  lain  dapat berupa pemisahan atau divergensi (tabrakan) lempeng-lempeng. Pergerakan mendatar berupa pergeseran lempeng-lempeng tersebut masih terus berlangsung hingga sekarang. Perbenturan lempeng-lempeng tersebut menimbulkan dampak yang berbeda-beda. Namun, semuanya telah menyebabkan wilayah Kepulauan Indonesia secara tektonis merupakan wilayah yang sangat aktif dan labil hingga rawan gempa sepanjang waktu.  

Masa Paleozoikum

Pada masa Paleozoikum (masa kehidupan tertua) keadaan geografis Kepulauan Indonesia belum terbentuk seperti sekarang ini. Di kala itu wilayah ini masih merupakan bagian dari samudra yang sangat luas, meliputi hampir seluruh bumi. Pada fase berikutnya, yaitu pada akhir masa Mesozoikum, sekitar 65 juta tahun lalu, kegiatan tektonis itu menjadi sangat aktif menggerakkan lempeng- lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Kegiatan ini dikenal sebagai fase tektonis (orogenesa larami), sehingga menyebabkan daratan terpecah-pecah. Benua Eurasia menjadi pulau-pulau  yang terpisah satu dengan lainnya. Sebagian di antaranya bergerak ke selatan  membentuk  pulau-pulau  Sumatra,  Jawa,  Kalimantan, Sulawesi serta pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan Banda. 

Hal yang sama juga terjadi pada Benua Australia, sebagian pecahannya  bergerak  ke  utara  membentuk pulau-pulau Timor, Kepulauan Nusa Tenggara Timur dan sebagian Maluku Tenggara. Pergerakan pulau-pulau hasil pemisahan dari kedua benua tersebut telah mengakibatkan wilayah pertemuan keduanya sangat labil. Kegiatan tektonis yang sangat aktif dan kuat telah membentuk rangkaian Kepulauan Indonesia pada masa Tersier sekitar 65 juta tahun lalu. 

Sebagian besar daratan Sumatra, Kalimantan, dan Jawa telah tenggelam menjadi laut dangkal sebagai akibat terjadinya proses kenaikan permukaan laut atau transgresi. Sulawesi pada masa itu sudah mulai terbentuk, sementara Papua sudah mulai bergeser ke utara, meski masih didominasi oleh cekungan sedimentasi laut dangkal  berupa  paparan  dengan  terbentuknya  endapan  batu gamping. Pada kala Pliosen sekitar lima juta tahun lalu, terjadi pergerakan  tektonis  yang  sangat  kuat,  yang  mengakibatkan terjadinya proses pengangkatan permukaan bumi dan kegiatan vulkanis. Ini pada gilirannya  menimbulkan tumbuhnya  (atau mungkin lebih tepat terbentuk) rangkaian perbukitan struktural seperti perbukitan besar (gunung), dan perbukitan lipatan serta rangkaian gunung api aktif sepanjang gugusan perbukitan itu. 

Kegiatan  tektonis  dan  vulkanis  terus  aktif  hingga  awal  masa Pleistosen, yang dikenal sebagai kegiatan tektonis Plio-Pleistosen. Kegiatan tektonis ini berlangsung di seluruh Kepulauan Indonesia. Gunung api aktif dan rangkaian perbukitan struktural tersebar di sepanjang bagian barat Pulau Sumatra, berlanjut ke sepanjang Pulau Jawa ke arah timur hingga Kepulauan Nusa Tenggara serta Kepulauan Banda. Kemudian terus membentang sepanjang Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Pembentukan daratan yang semakin luas itu telah membentuk Kepulauan Indonesia pada kedudukan pulau-pulau seperti sekarang ini. Hal itu telah berlangsung sejak kala Pliosen hingga awal Pleistosen (1,8 juta tahun lalu). Jadi pulau-pulau  di  kawasan  Kepulauan  Indonesia  ini  masih  terus bergerak secara dinamis, sehingga tidak heran jika masih sering terjadi gempa, baik vulkanis maupun tektonis.  

Sejak zaman ini mulai terlihat secara nyata adanya perkembangan kehidupan manusia, meskipun dalam taraf yang sangat sederhana baik  fisik  maupun  kemampuan  berpikirnya.  Namun demikian dalam rangka untuk mempertahankan diri dan keberlangsungan kehidupannya, secara lambat laun manusia mulai mengembangkan kebudayaan. Beruntung kita bangsa Indonesia memiliki temuan bermacam-macam   jenis   manusia   purba   beserta   hasil-hasil kebudayaannya, sehingga sejak akhir abad ke -19 para ilmuwan tertarik untuk melakukan kajian di negeri kita.


Demikianlah artikel yang berjudul Peradaban Awal di Kepulauan Indonesia Sebelum Mengenal Tulisan. Apabila ada kekurangan ataupun kekeliruan dalam penulisan artikel ini, Pustaka Pengetahuan mengucapkan mohon maaf yang sebesar - besarnya. Silahkan tinggalkan pesan yang bijak pada kolom komentar yang tersedia. Terima kasih sudah mengunjungi, semoga bermanfaat.

Bahan bacaan lainnya, jika membantu tugas sekolah silahkan klik Berbagai Reviews

Tutorial cara budidaya silahkan klik Baraja Farm Channel

Untuk belajar budidaya, silahkan Baraja Farm

Media sosial silahkan klik facebook.com

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar