Kumpulan artikel tentang Pengetahuan, pendidikan dan dunia

Rabu, 25 Juli 2018

Profil dan Biography Wage Rudolph Soepratman (Lengkap).

| Rabu, 25 Juli 2018
Profil Wage Rudolph Soepratman - berbagaireviews.com



Profil Wage Rudolph Soepratman.

Wage Rudolf Supratman (9 Maret 1903 – 17 Agustus 1938) adalah pengarang lagu kebangsaan Indonesia, "Indonesia Raya", dan pahlawan nasional Indonesia.

Nama Lengkap : Wage Rudolph Soepratman

Nama : Wage Rudolf Supratman

Lahir: Somongari, Purworejo, 19 Maret 1903

Meninggal: Surabaya, 17 Agustus 1938

Kebangsaan: Indonesia

Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta

Orang tua: Djoemeno Senen Sastrosoehardjo, Siti Senen

Saudara Kandung :
  • Roekijem Soepratijah,
  • Roekinah Soepratirah,
  • Rebo,
  • Gijem Soepratinah,
  • Aminah,
  • Ngadini Soepratini,
  • Slamet,
  • Sarah.


Kontroversi Tempat dan tanggal lahir  Wage Rudolph Soepratman

Hari kelahiran Soepratman, 9 Maret, oleh Megawati Soekarnoputri saat menjadi presiden RI, diresmikan sebagai Hari Musik Nasional. Namun tanggal kelahiran ini sebenarnya masih diperdebatkan, karena ada pendapat yang menyatakan Soepratman dilahirkan pada tanggal 19 Maret 1903 di Dukuh Trembelang, Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Pendapat ini – selain didukung keluarga Soepratman – dikuatkan keputusan Pengadilan Negeri Purworejo pada 29 Maret 2007.


Biografi Wage Rudolph Soepratman.

Wage Rudolf Soepratman adalah pengarang lagu kebangsaan Indonesia Raya yang telah dikukuhkan sebagai pahlawan nasional Indonesia. WR Soepratman merupakan salah satu putra dari seorang sersan di Batalyon VIII bernama Senen. WR Soepratman lahir di Jatinegara, Jakarta pada tanggal 9 Maret 1903. Dia menamatkan sekolah dasarnya di Jakarta. Pada tahun 1914, WR Soepratman ikut kakak perempuannya yang bernama Roekijem pindah ke Makassar.

Di sana dia disekolahkan dan dibiayai oleh suami Roekijem yang bernama Willem van Eldik. Soepratman lalu belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama tiga tahun, kemudian melanjutkannya ke Normaalschool di Makassar sampai selesai. Ketika berumur 20 tahun, lalu dijadikan guru di Sekolah Angka 2.


Setelah tidak lagi menjadi seorang guru, WR Soepratman kemudian bekerja di sebuah perusahaan dagang. Setelah beberapa waktu lamanya WR Soepratman memutuskan untuk pindah ke Bandung dan bekerja sebagai wartawan di harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita. Pekerjaan itu sendiri tetap dilakukannya meskipun akhirnya dia tinggal di Jakarta. Di Jakarta inilah, WR Soepratman mulai tertarik dengan organisasi pergerakan nasional yang akhirnya membuat dirinya banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan.

Rasa tidak senangnya terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan akhirnya dituangkan dalam buku Perawan Desa. Buku itu disita dan dilarang beredar oleh pemerintah Belanda. Rasa cintanya terhadap Indonesia semakin hari semakin besar sehingga membuatnya ingin menyumbangkan sesuatu bagi perjuangan bangsanya. Tetapi, ia tidak tahu bagaimana caranya, karena ia hanya seorang wartawan dan pemain musik hingga suatu hari, secara kebetulan WR Soepratman membaca artikel berjudul Manakah Komponis Indonesia yang Bisa Menciptakan Lagu Kebangsaan Indonesia yang Dapat Membangkitkan Semangat Rakyat dalam majalah Timboel terbitan Solo. Membaca artikel ini, hati Soepratman tergerak. Dan merasa tulisan itu seolah ditujukan kepada dirinya.

Tidak ada catatan yang pasti kapan Soepratman menulis lagu kebangsaan. Ada pendapat yang menyatakan ia menciptakannya tahun 1926. Pada Kongres Pemuda Pertama (1926), Soepratman yang hadir ingin menawarkan kepada ketua kongres agar ia diberi kesempatan memperdengarkan lagu itu di hadapan para peserta namun karena keberaniannya belum cukup WR Soepratman akhirnya membatalkan niatnya. Baru pada Kongres Pemuda Kedua, tanggal 28 Oktober 1928, pada malam penutupan, WR Soepratman dengan gesekan biolanya mengiringi sebarisan paduan suara membawakan lagu Indonesia Raya.

Dua bulan setelah lagu ini diperkenalkan, ode tersebut menjadi sangat populer. Lagu ini kemudian banyak dinyanyikan dalam acara-acara penting. WR Soepratman kemudian memiliki ide untuk mengabadikan lagu perjuangan itu ke dalam piringan hitam. Untuk merealisasikan idenya, WR Soepratman lantas menghubungi Yo Kim Tjan yang akhirnya membantunya merekam, memperbanyak dan menjual piringan hitam berisi lagu Indonesia Raya untuk pertama kalinya. Dalam piringan tersebut, WR Soepratman memainkan biola sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan dua irama, mars dan keroncong.

Maraknya peredaran lagu Indonesia Raya ini, membuat WR Soepratman sering diinterogasi PID (intel Belanda) yang sempat berujung pada pelarangan peredaran lagu tersebut. Protes atas pelarangan lagu itu pun berdatangan dari berbagai pihak yang menyebabkan Volkraad turun tangan dimana akhirnya kata ”merdeka-merdeka” hanya boleh digunakan ketika lagu dinyanyikan di ruang tertutup. Hingga akhir hayatnya, WR Soepratman masih menjadi incaran polisi hindia Belanda karena telah menciptakan lagu Indonesia Raya sampai akhirnya dia jatuh sakit di Surabaya. Karena lagu ciptaannya yang terakhir Matahari Terbit pada awal Agustus 1938, WR Soepratman ditangkap ketika menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM Jalan Embong Malang, Surabaya. WR Soepratman kemudian ditahan di penjara Kalisosok, Surabaya. WR Soepratman meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938 karena sakit. W.R. Soepratman hingga meninggal belum pernah menikah dan mengangkat seorang anak pun.


Kehidupan pribadi Wage Rudolf Soepratman.

Wage Rudolf Soepratman adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Ayahnya bernama Djoemeno Senen Sastrosoehardjo, seorang tentara KNIL Belanda, dan ibunya bernama Siti Senen. Kakak sulungnya bernama Roekijem. Pada tahun 1914, Soepratman ikut Roekijem ke Makassar. Di sana ia disekolahkan dan dibiayai oleh suami Roekijem yang bernama Willem van Eldik.

Soepratman lalu belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama tiga tahun, lalu melanjutkan ke Normaalschool di Makassar hingga selesai. Ketika berumur 20 tahun, ia menjadi guru di Sekolah Angka 2. Dua tahun selanjutnya ia mendapat ijazah Klein Ambtenaar.

Beberapa waktu lamanya ia bekerja pada sebuah perusahaan dagang. Dari Makassar, ia pindah ke Bandung dan bekerja sebagai wartawan di harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita. Pekerjaan itu tetap dilakukannya walaupun ia telah pindah ke Jakarta. Dalam masa tersebut, ia mulai tertarik pada pergerakan nasional dan banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan. Rasa tidak senang terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan akhirnya dituangkan dalam buku Perawan Desa. Buku itu disita dan dilarang beredar oleh pemerintah Belanda.

Soepratman dipindahkan ke kota Sengkang. Di situ tidak lama lalu minta berhenti dan pulang ke Makassar lagi. Roekijem sendiri sangat gemar akan sandiwara dan musik. Banyak karangannya yang dipertunjukkan di mes militer. Selain itu Roekijem juga senang bermain biola, kegemarannya ini yang membuat Soepratman juga senang main musik dan membaca-baca buku musik.


Penciptaan Lagu Indonesia Raya.

Sewaktu tinggal di Makassar, Soepratman memperoleh pelajaran musik dari kakak iparnya yaitu Willem van Eldik, sehingga pandai bermain biola dan kemudian bisa menggubah lagu. Ketika tinggal di Jakarta, pada suatu kali ia membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul. Penulis karangan itu menantang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan.

Soepratman tertantang, lalu mulai menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya. Pada waktu itu ia berada di Bandung dan berusia 21 tahun.

Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda II. Kongres itu melahirkan Sumpah Pemuda. Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober 1928, Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan peserta umum (secara intrumental dengan biola atas saran Soegondo berkaitan dengan kondisi dan situasi pada waktu itu, lihat Sugondo Djojopuspito). Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka.

Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan bangsa. Tetapi, pencipta lagu itu, Wage Roedolf Soepratman, tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan.

Akibat menciptakan lagu Indonesia Raya, ia selalu diburu oleh polisi Hindia Belanda, sampai jatuh sakit di Surabaya. Karena lagu ciptaannya yang terakhir "Matahari Terbit" pada awal Agustus 1938, ia ditangkap ketika menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM Jalan Embong Malang, Surabaya dan ditahan di penjara Kalisosok, Surabaya. Ia meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938 karena sakit.


Penghargaan Wage Rudolph Soepratman.

Soepratman diberi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia dan Bintang Maha Putera Utama kelas III pada tahun 1971.


Akhir Hayat Wage Rudolph Soepratman.


Akhir hayat Wage Rudolph Soepratman - berbagaireviews.com


Kejaran polisi Belanda mengharuskannya berpindah tempat tinggal terus menerus. Ia terus berusaha mempertahankan diri karena Ir. Soekarno pernah menyuruhnya terus berjuang untuk kemerdekaan dalam pertemuan di pengadilan Bandung. Selepas itu Ir. Soekarno harus mendekam dalam penjara sesuai dengan putusan hakim. Perkenalannya dengan dr. Soetomo juga semakin mengobarkan stamina perjuangannya.

Terakhir kali Wage melarikan diri ke Surabaya. Di sana ia sakit dan tidak kunjung sembuh. Namun ia masih tetap ngotot memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Saat itu polisi berhasil meringkusnya di jalan Embong Malang ketika Wage memimpin paduan suara yang disiarkan oleh NIROM (RRI). Polisi militer Belanda dengan puas menjebloskannya ke penjara Kalisosok.

Di penjara, kesehatan Wage semakin memprihatinkan. Ia dipulangkan dan takdir menghentikan penderitaannya tepat pada tanggal 17 Agustus 1938 jam 00.00 dan pasarannya Rabu Wage. Ia meninggal dengan meninggalkan pesan pada sahabatnya. Wage mengatakan dia ikhlas berjuang untuk kemerdekaan Indonesia meskipun ia belum sempat menikmati kemerdekaan, namun ia yakin suatu saat Indonesia pasti merdeka.

Tempat meninggalnya di Jalan Mangga 21 Surabaya dijadikan museum W.R. Soepratman yang menyimpan duplikat biola legendarisnya. Wage dimakamkan di TPU Kapas. Lalu berpindah ke Jalan Tambak Segaran Wetan pada tanggal 20 Mei 1953. Setelah ia diakui oleh pemerintah, makamnya kembali dipindahkan di Kenjeran pada tanggal 25 Oktober 1953. Ia meninggal tanpa sempat mencicipi manisnya kemerdekaan sekaligus manisnya berkeluarga. Bahkan ia tidak mengangkat seorang anak pun dalam sejarah hidupnya. Namun sumbangsihnya yang turut mewarnai sejarah bendera merah putih akan selalu dikenang seluruh rakyat Indonesia.


Karya Wage Rudolph Soepratman.
  • Indonesia Raya


Lagu Indonesia Raya cipta W.R. Supratman - berbagaireviews.com


  • Ibu Kita Kartini


Ibu Kita Kartini cipta W.R. Supratman - berbagaireviews.com


Demikianlah yang dapat kami sampaikan, jika ada kesalahan dan kekurangannya, kami mohon yang sebesar - besarnya. Silahkan tinggalkan pesan yang sifatnya membangun, Semoga bermanfaat. Terima Kasih.


Teori Dasar Musik

Pengertian Seni

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar