Kumpulan artikel tentang Pengetahuan, pendidikan dan dunia

Sabtu, 02 Maret 2024

Klasifikasi Jamur (Fungi)

| Sabtu, 02 Maret 2024

Sahabat Pustaka Pengetahuan, jamur atau fungi dipelajari secara spesifik di dalam cabang biologi yang disebut mikologi. Para ahli mikologi (mycologist) mengelompokkan kingdom ini ke dalam 4 divisi. Dasar yang digunakan dalam klasifikasi ini adalah persamaan ciri-ciri. Salah satu ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora, baik spora berflagela maupun spora tidak berflagela. Jenis-jenis jamur yang sporanya berflagela dikelom- pokan dalam Dunia Protista. Sedangkan yang memiliki spora tidak berflagela dimasukkan ke dalam Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifikasi ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang reproduksi seksual- nya belum diketahui, diklasifikasikan ke dalam satu divisi, yang diberi nama Divisi Deuteromycotina.  

Dalam uraian berikut ini, kalian akan mempelajari 4 divisi dalam Kingdom Fungi. Secara umum masing-masing divisi tersebut memiliki  ciri  tertentu. Zygomycotina  membentuk  zigospora hasil  pembiakan secara kawin, Ascomycotina membentuk spora generatif di dalam  askus,  Basidiomycotina  membentuk  spora  generatif  pada basidium  dan  umumnya  memiliki  tubuh  buah  berukuran  besar, serta Deuteromycotina membentuk spora secara vegetatif dan belum diketahui fase kawinnya.  Bentuk pengelompokan lain pada jamur adalah khamir (jamur uniselular, memperbanyak diri dengan budding), kapang (jamur bermiselium), dan cendawan (jamur yang memiliki tubuh  buah  makroskopis).  Pengelompokan  yang  terakhir  tersebut adalah pengelompokan yang bersifat umum, bukan klasifikasi ilmiah. Nah, sekarang simaklah pembahasan berikut. 

Zygomycotina 

klasifikasi jamur

Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur yang terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (black bread mold) atau Rhizopus sp. Divisi Zygomycotina memiliki ang- gota yang hampir semuanya hidup pada habitat darat, kebanyakan hidup sebagai saprofit. Tubuhnya bersel banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat, dan tidak menghasilkan spora yang berflagella.  

Reproduksi  Zygomycotina  terjadi  secara  aseksual  dan  seksual. Perhatikan Gambar yang menggambarkan siklus hidup Rhizopus sp. Pada reproduksi seksual, jamur ini menghasilkan zigospora. Sedang- kan reproduksi aseksualnya dengan perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di dalam sporangium (kotak spora). Jika spora matang, sporangium akan pecah, sehingga menyebar terbawa angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan tumbuh menjadi hifa baru.  

Reproduksi  seksual  atau  generatif  dilakukan  dengan  cara konjugasi. Proses ini diawali ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling berdekatan. Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalami pembengkakan dan perpanjangan pada bagian-bagian  tertentu,  disebut  gametangium.  Kemudian,  kedua gametangium tersebut bertemu dan kedua intinya melebur membentuk zigot. Zigot kemudian berkembang menjadi zigospora (diploid). Pada tahapan berikutnya, zigospora tumbuh, dindingnya menebal dan ber- warna hitam. Inti diploid (2n) mengalami meisosis, menghasilkan inti haploid (n). Pada lingkungan yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki struktur penopang yang disebut sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksual dimulai lagi yaitu ditandai dengan pematangan sporangium hingga sporangium tersebut pecah dan spora tersebar keluar. Zygomycotina memiliki beberapa jenis yang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa diantaranya merupakan jamur pada makanan. Jenis-jenis jamur tersebut antara lain: 

1). Rhizophus stolonifera 

Jamur  ini  tampak  sebagai  benang-benang  berwarna  putih, memiliki rizoid dan stolon. Merupakan saprofit yang hidup pada bungkil kedelai dan bermanfaat dalam pembuatan tempe. 

2). Rhizophus nigricans 

Jamur ini dapat menghasilkan asam fumarat. 

3). Mucor mucedo 

Jamur ini hidup secara saprofit. Sering dijumpai pada roti, sisa-sisa makanan dan kotoran ternak. Miselium jamur ini berkembang di dalam substrat. Memiliki sporangium yang dilengkapi oleh sporangiofor. 

4). Pilobolus sp. 

Jamur ini sering disebut ‘pelempar topi’ atau cap thrower, karena bila sporangiumnya telah masak, jamur ini bisa melontarkannya sampai sejauh 8 meter. Spora tersebut kemudian melekat pada rumput atau tumbuhan lain. Ketika tumbuhan tersebut dimakan hewan, spora jamur yang melekat tersebut akan berkecambah di dalam saluran pencernaan dan akan tumbuh pada kotoran yang dikeluarkan hewan tersebut.

Ascomycotina 

klasifikasi fungi

Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi yang  reproduksi  seksualnya  dengan  membuat  askospora  di  dalam askus (ascus = sac atau kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam sporangium yang menghasilkan askospora. Beberapa askus biasanya mengelompok dan berkumpul membentuk tubuh buah yang disebut askorkarp atau askoma (kalau banyak disebut askomata). Askomata bisa berbentuk mangkok, botol, atau seperti balon). Hifa dari Asco- mycotina  umumnya  monokariotik  (uninukleat  atau  memiliki  inti tunggal) dan sel-sel yang dipisahkan oleh septa sederhana.  

Jadi, askus merupakan struktur umum yang dimiliki oleh anggota Divisi Ascomycotina. Tubuhnya ada yang berupa uniseluler dan ada pula yang multiseluler. Hidup sebagai saprofit dan parasit. Beberapa jenis diantaranya dapat juga bersimbiosis dengan makhluk hidup gang- gang hijau-biru dan ganggang hijau bersel satu membentuk lumut kerak. 

Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh menjadi benang (hifa) yang bercabang-cabang. Kemudian salah satu dari beberapa sel pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium, yang ukurannya lebih lebar dari hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya membentuk Anteridium. Anteridium dan Askogonium tersebut letaknya berdekatan dan memiliki sejumlah inti yang haploid.  

Pada askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan asko- gonium dengan anteredium. Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah ke askogonium dan kemudian berpasangan dengan inti pada askogonium.  Selanjutnya  pada  askogonium  tumbuh  sejumlah  hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti membelah secara mitosis dan tetap berpasangan. Hifa askogonium tumbuh membentuk septa ber- cabang. Bagian askogonium berinti banyak, sedangkan pada bagian ujungnya berinti 2. Bagian ujung inilah yang akan tumbuh menjadi bakal askus. 

Hifa askogonium ini kemudian berkembang disertai pertumbuh- an miselium vegetatif yang kompak, membentuk tubuh buah. Dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid yang kemudian membelah secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus (askospora). Apabila askospora tersebut jatuh pada lingkungan yang sesuai maka ia akan tumbuh membentuk hifa atau miselium baru.  

Reproduksi aseksual  pada  Ascomycotina  adalah  dengan  cara membentuk tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada jamur uniseluler dan spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur multiseluler. Spora aseksual tersebut terbentuk pada ujung hifa khu- sus yang disebut konidiofor dan sporanya disebut konidia. Konidia merupakan spora yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak spora atau sporangium. 

Berikut adalah beberapa contoh jamur anggota Divisi Ascomycotina. 

1). Saccharomyces cerevisiae 

Saccharomyces cerevisiae merupakan jamur mikroskopis, bersel tunggal dan tidak memiliki badan buah, sering disebut sebagai ragi, khamir, atau yeast. Reproduksi vegetatifnya adalah dengan membentuk kuncup atau tunas (budding).  Pada kondisi optimal, khamir dapat membentuk lebih dari 20 tunas. Tunas-tunas tersebut semakin membesar dan akhirnya terlepas dari sel induknya. Tunas yang terlepas ini kemudian tumbuh menjadi individu baru. 

Reproduksi generatif terjadi dengan membentuk askus dan askospora. Askospora dari 2 tipe aksus yang berlainan bertemu dan menyatu menghasilkan sel diploid. Selanjutnya terjadi pembelahan secara meiosis, sehingga beberapa askospora (haploid) dihasilkan lagi. Askospora haploid tersebut berfungsi secara langsung sebagai sel ragi baru. Cara reproduksi seksual ini terjadi saat reproduksi aseksual  tidak  bisa  dilakukan,  misalnya  bila  suplai  makanan terganggu atau lingkungan hidupnya tidak mendukung. 

Dalam kehidupan manusia, S. cerevisiae dimanfaatkan dalam pembuatan roti, tape, peuyeum, minuman anggur, bir, dan sake. Proses yang terjadi dalam pembuatan makanan tersebut adalah fermentasi

2). Penicillium spp. 

Penicillium hidup sebagai saprofit pada substrat yang banyak mengandung gula, seperti nasi, roti, dan buah yang telah ranum. Pada substrat gula tersebut, jamur ini tampak seperti noda biru atau kehijauan. Reproduksi jamur Penicillium berlangsung secara vegetative (konidia) dan secara generatif (askus).  

Beberara contoh jamur anggota genus Penicillium antara lain: 

a) Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum 

Kedua jenis Penicillium ini menghasilkan zat antibiotik (penisilin) 

b) Penicillium roquefortii dan Penicillium camemberti 

Kedua jenis jamur ini biasa dimanfaatkan dalam memberti cita rasa atau mengharumkan keju. 

3)   Aspergillus spp. 

Jamur ini biasanya tumbuh berkoloni pada makanan, pakaian, dan alat-alat rumah tangga. Koloni Aspergillus berwarna abu-abu, hitam, coklat, dan kehijauan. Distribusinya luas, dapat tumbuh di daerah beriklim dingin maupun daerah tropis. Reproduksi secara vegetatif dengan konidia yang disebarkan oleh angin. Beberapa jenis jamur anggota marga Aspergillus adalah:  

a). Aspergillus oryzae 

Jamur ini biasa digunakan untuk mengempukkan adonan roti, dan jamur tersebut dapat menghasilkan enzim protease. 

b). Aspergillus wentii 

Aspergilus jenis ini berperan dalam dalam pembuatan sake, kecap, tauco, asam sitrat, asam oksalat, dan asam format, serta penghasil enzim protease. 

c). Aspegillus niger 

Jenis ini dimanfaatkan untuk menghilangkan gas O2 dari sari buah, dan dapat menjernihkannya. Jamur tersebut juga dapat menghasilkan enzim glukosa oksidase dan pektinase. 

d). Apergillus fl avus 

Jenis Aspergilus ini menghasilkan aflatoksin, penyebab kanker pada manusia. 

e). Apergillus nidulans 

Jamur ini hidup sebagai parasit pada telinga, menyebabkan automikosis. 

f). Aspergillus fumigatus 

A. fumigatus merupakan jamur yang dapat menyebabkan penyakit kanker pada paru-paru burung. 

4). Neurospora crassa 

N. crassa dikenal sebagai jamur oncom karena sering digunakan untuk membuat oncom. Warna merah muda atau jingga yang muncul pada oncom merupakan warna konidia jamur tersebut. Awalnya jenis ini dikelompokkan ke dalam Divisi Deuteromycota,

5). Morchella deliciosa dan Morchella esculenta 

Kedua jenis jamur ini merupakan jamur makroskopis, hidup di tanah. Karena rasanya yang lezat, jamur ini menjadi konsumsi manusia. Dalam dunia perdagangan jamur ini dikenal dengan nama morel, ukuran tubuhnya sedang, berwarna coklat kemerah- merahan, tubuhnya seperti spons dan sering dijual dalam bentuk awetan

Basidiomycotina 

klasifikasi jamur

Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi atau yang sering disebut jamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms). Jamur ini bereproduksi secara seksual  dengan membentuk basidia yang kemudian menghasilkan basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut basidioma atau basidiokarp

Basidia tersebut bisa berkembang dalam bentuk seperti insang, pori-pori, seperti gigi, atau struktur lain. Hifa dari Basiomycotina umumnya dikaryotik (binukleat, dengan 2 inti) dan terkadang memiliki hubungan yang saling mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan oleh septa yang kompleks. Anggotanya ke- banyakan berupa jamur  makroskopis. Kelompok ini memiliki miselium yang bersekat dan memiliki tubuh buah (basidiokarp) yang panjang, berupa lembaran- embaran, yang berliku-liku atau bulat. Jamur ini umumnya hidup saprofit dan parasit, umumnya berkembang biak secara aseksual dengan konidium. 

Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau konidium yang tumbuh menjadi hifa yang bersekat dengan 1 inti (mo- nokariotik). Hifa tersebut kemudian tumbuh membentuk miselium. Hifa-hifa yang berbeda, hifa (+) dan hifa (-), bersinggungan pada ma- sing-masing ujungnya dan melebur diikuti dengan larutnya masing - masing dinding sel. Kemudian inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang lainnya, sehingga sel tersebut memiliki 2 inti sel (dikariotik). Sel dikariotik tersebut akhirnya tumbuh menjadi miselium dikariotik dan selanjutnya menjadi tubuh buah (basidiokarp).  

Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung. Pada bagian bawah- nya terdapat basidium yang terletak pada bilah-bilah (lamela). Masing- masing  basidium  memiliki  2  inti  (2n).  Kemudian  2  inti  tersebut mengalami meiosis dan akhirnya terbentuk 4 inti haploid. Dan apabila mendapatkan  lingkungan  yang  sesuai,  inti  haploid  tersebut  akan tumbuh menjadi spora basidium, atau disebut juga spora seksual. Begitu seterusnya membentuk siklus hidup Basidiomycotina.

Berbagai jenis jamur yang dikonsumsi kita konsumsi dalam ke- hidupan sehari-hari adalah anggota Basidiomycotina. 

Jenis-jenis tersebut antara lain: 

1). Volvariella volvacea (jamur merang)

Jamur ini mempunyai tubuh buah berbentuk seperti payung, terdiri  atas  lembaran-lembaran (bilah),  yang  berisi  basidium. Tubuh  buahnya  berwarna  putih  kemerah-merahan.  Jamur  ini merupakan sumber protein, kadar kalorinya tinggi, tetapi kadar kolesterolnya rendah. Karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, jamur ini banyak dibudidayakan.  

2). Auricularia polythrica (jamur kuping) 

Jamur kuping merupakan jamur saprofit pada kayu yang mati. Tubuh buahnya berbentuk seperti daun telinga (kuping), berwarna merah kecoklat-coklatan. Rasanya enak dan bisa dimakan seperti sayuran. Jamur ini pun sekarang sudah banyak dibudidayakan.  

3). Amanita phalloides 

Amanita phalloides merupakan salah satu anggota suku Amani taceae. Amanita, merupakan cendawan yang indah, tetapi juga merupakan anggota daftar cendawan yang mematikan di bumi, mengandung  cukup  racun  untuk  membunuh  seorang  dewasa hanya dengan sepotong tubuhnya. Jamur ini hidup sebagai saprofit pada kotoran hewan ternak, memiliki tubuh buah berbentuk seperti payung. 

4). Puccinia graminis (jamur karat) 

Jamur ini hidup parsit pada daun rumput-rumputan (Graminae), tubuhnya makroskopik, tidak memiliki tubuh buah, dan sporanya berwarna merah kecoklatan seperti warna karat. 

Deuteromycotina 

klasifikasi jamur

Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnya dimasukkan ke dalam Deuteromycotina. Kelompok jamur ini juga sering disebut sebagai jamur tidak sempurna atau the imperfect fungi. Jamur ini tidak mengalami reproduksi seksual atau mereka menun- jukkan tahap aseksual (anamorph) dari jamur yang memiliki tahap seksual (teleomorph). Jamur ini menyerupai Ascomycotina (septanya sederhana). Jadi, kelompok  ini  bisa  dikatakan  sebagai  “keranjang sampah”,  tempat  sementara  untuk  menampung  jenis-jenis  jamur yang belum jelas statusnya. Apabila pada penelitian berikutnya di- temukan cara reproduksi seksualnya, maka suatu jenis jamur anggota Deuteromycotina akan bisa dikelompokkan ke dalam Divisi Ascomy- cotina  atau  Divisi  Basidiomycotina.  Contohnya  adalah  Neurospora crassa yang saat ini dimasukkan ke dalam kelompok Ascomycotina.  

Semua jamur anggota divisi artifisial ini bereproduksi secara asek- sual dengan konidia. Konidia dibentuk diujung konidiosfora, secara langsung pada hifa yang bebas. Beberapa jenis hidup pada dedaunan dan sisa-sisa tumbuhan yang tenggelam di dasar sungai yang berarus deras. Beberapa kelompok yang lain merupakan parasit pada protozoa dan hewan-hewan kecil lainnya dengan berbagai cara. Beberapa jenis juga ditemui pada semut dan sarang rayap.  

Beberapa jamur parasit pada hewan-hewan kecil mengembangkan unbranched body di dalam tubuh korbannya, kemudian secara per- lahan-lahan menyerap nutrien sampai korbannya mati. Setelah itu jamur tersebut memproduksi rantai spora yang mungkin menempel atau termakan oleh hewan-hewan lain yang akan menjadi korbannya. Cara lain adalah dengan menangkap mangsanya dengan hifa yang dapat menusuk, dengan menumpangi dan melekat pada amuba. 


Demikianlah artikel yang berjudul Klasifikasi Jamur (Fungi). Apabila ada kekurangan ataupun kekeliruan dalam penulisan artikel ini, Pustaka Pengetahuan mengucapkan mohon maaf yang sebesar - besarnya. Silahkan tinggalkan pesan yang bijak pada kolom komentar yang tersedia. Terima kasih sudah mengunjungi, semoga bermanfaat.

Bahan bacaan lainnya, dapat membantu tugas sekolah klik Berbagai Reviews

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan, silahkan klik Baraja Farm 

Tutorial cara budidaya silahkan klik Baraja Farm Channel  

Media sosial silahkan klik facebook

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar