Kumpulan artikel tentang Pengetahuan, pendidikan dan dunia

Sabtu, 15 Agustus 2020

Pengertian Pemantulan Bunyi Beserta Penyebab, Hukum, Manfaat, Macam - Macam Dan Contoh Peristiwa Pemantulan Bunyi.

| Sabtu, 15 Agustus 2020
bunyi pantul


Pemantulan bunyi merupakan gelombang bunyi yang menabrak bidang pantulan setelah itu gelombang tersebut dipantulkan oleh bidang pantulan tersebut.


Pengertian Pemantulan Bunyi

Pemantulan bunyi adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat peman tulan bunyi terhadap dinding pantul kemudian gelombang bunyi tersebut menyebar kemana-mana.


Penyebab Terjadinya Pemantulan Bunyi.

Pemantulan bunyi terjadi karena gelombang bunyi menabrak bidang pantul kemudian gelombang bunyi tersebut dipantulkan oleh bidang pantul tesebut. Ketika kita mendengar suara petir, mungkin kita juga akan mendengar suara susulan yang merupakan gema suara aslinya. Suara susulan ini terjadi akibat adanya bunyi yang menumbuk dinding penumbuk, kemudian dipantulkan oleh dinding itu. Tidak semua bunyi yang mengenai dinding pemantul akan dipantulkan. Ada sebagian bunyi tersebut yang diserap dinding pemantul. Kemampuan suatu permukaan dalam memantulkan bunyi tergantung pada keras lunaknya permukaan.


Hukum Pemantulan Bunyi.


pemantulan bunyi


Pemantulan bunyi mengikuti suatu aturan hukum pemantulan bunyi sebagai berikut. 

“Bunyi datang, garis normal, dan bunyi pantul terletak dalam satu bidang datar. Sudut datang sama besar dengan sudut pantul”.

Sudut datang adalah sudut antara bunyi datang dengan garis normal. Sudut pantul adalah sudut antara bunyi pantul dengan garis normal. Garis normal adalah garis tegak lurus bidang pantul melalui titik jatuh bunyi datang.

Bunyi pantul dapat memperkuat bunyi asli jika jarak dinding pantul tidak jauh dari sumber bunyi. Misalnya, bunyi kereta api ketika masuk terowongan akan terdengar semakin kuat. Dari uraian itu dapat disimpulkan bahwa kuat bunyi yang didengar tergantung pada :
  • amplitudo sumber bunyi;
  • jarak antara sumber bunyi dengan pendengar;
  • resonansi yang terjadi;
  • serta adanya dinding pemantul yang sesuai.


Macam - Macam Pemantulan Bunyi

a. Bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli.




Bunyi pantul dapat memperkuat bunyi asli jika jarak antara sumber bunyi dan bidang pemantul sangat dekat. Ini menyebabkan selang waktu yang dibutuhkan oleh bunyi pantul untuk kembali berlangsung sangat singkat. Dapat dianggap bahwa bunyi pantul bersamaan waktunya dengan bunyi asli sehingga bunyi pantul memperkuat bunyi asli. Maka, kita dapat menarik kesimpulan bahwa kuat bunyi yang kita dengar ditentukan oleh faktor:
  • amplitudo sumber bunyi
  • jarak antara sumber bunyi dan pendengar
  • resonansi
  • adanya dinding pemantul dan jaraknya dengan pendengar


Contoh dari peristiwa bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli, antara lain:
  • Suara akan terdengar lebih keras ketika bernyanyi dalam kamar mandi
  • Suara musik dalam ruang tertutup akan lebih keras dari pada di lapangan terbuka
  • Suara gurumu di dalam kelas akan lebih keras dibandingkan dengan suara guru olah ragamu di lapangan. Itu dikarenakan suara di dalam ruangan akan dipantulkan oleh dinding-dinding ruangan.


b. Gaung atau kerdam.


contoh kerdam


Ketika sebagian bumyi pantul terdengar bersamaan dengan bunyi aslinya, sehingga bunyi asli menjadi tidak jelas, maka disitulah terjadi gaung. Hal ini tentunya sangat menggagu, karena bunyi akan terdengar tidak jelas karena tercampur dengan bunyi pantul. Karena itu, untuk menghindarkan terjadinya gaung, maka di dalam bioskop atau gedung konser musik, dinding-dindingnya dilapisi oleh zat peredam suara. Bahan yang sering digunakan sebagai peredam suara yakni; kain wol, kapas, karton, gelas, dan karet. 

Contoh peristiwa gaung:

Bunyi asli = In – do – ne – sia
Bunyi pantul = In —- -do —- ne —- sia
Bunyi terdengar = In – …. – …. – ….- sia

Bunyi pantul yang datangnya hanya sebagian yang bersamaan dengan bunyi asli sehingga bunyi asli menjadi tidak jelas disebut gaung atau kerdam. Gaung atau kerdam dapat terjadi di gedung bioskop, gedung pertunjukan, gedung pertemuan, studio radio, dan lain-lain. Untuk menghindari terjadinya gaung, pada dinding gedung-gedung tersebut biasanya dilapisi bahan yang dapat meredam bunyi disebut bahan akustik. Misalnya, kain wol, kapas, karton, papan karton, gabus, dan karet busa.


c. Gema.


pemantulan bunyi


Fenomena bunyi pantul yang terdengar setalah bunyi asli disebut dengan gema. Hal ini terjadi jika jarak antara sumber bunyi dengan bidang pemantul sangat jauh. Fenomena Gema dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan berapa jarak dinding lereng sebuah bukit yang berada di depan kita. Misalnya kita berada disebuah lereng gunung, kemudian kita berteriak In — do — ne — sia. Anggaplah waktu yang tercatat ketika 4 suku kata itu selesai terdengar gemanya adalah 1 detik, atau satu suku kata memerlukan waktu 1/4 detik, dan satu suku kata itu terdengar ketika kita selesai mengucapkan 4 suku kata secara lengkap. Jika capat rambat bunyi di udara 340 m/s. Maka jarak pergi-kembali bunyi adalah:

Jarak = kecepatan x selang waktu = 340 m/s x 1/4 s = 85 meter

Karena bunyi menempuh jarak pergi-kembali, maka hasil diatas harus dibagi dua untuk mendapatkan jarak antara kita dengan bidang pantul:

Jarak pendengar-bidang pantul = 85 m / 2 = 42,5 meter.

Bunyi pantul dapat terdengar dengan jelas seperti bunyi aslinya karena antara bunyi pantul dengan bunyi asli tidak saling mengganggu. Hal ini dimungkinkan jika jarak antara dinding pemantul dengan sumber bunyi jauh. Karena jarak yang jauh, bunyi akan berjalan menempuh jarak yang jauh. Waktu yang digunakan untuk memantul juga lama. Ketika bunyi asli sudah selesai diucapkan, bunyi pantul mungkin masih di perjalanan. Akibatnya, bunyi pantul terdengar jelas setelah bunyi asli. Bunyi pantul yang terdengar jelas setelah bunyi asli disebut gema. Gema dapat terjadi di lereng-lereng gunung atau di lembah-lembah.


Manfaat Pemantulan Bunyi.


bunyi pantul


a. Pengukuran jarak dengan gema.

Dalam satu sekon biasanya bisa diucapkan lima suku kata. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengucapkan satu suku kata? Untuk memperoleh gema dari satu suku kata, bunyi pantul harus datang secepat-cepatnya sesudah 1/5 sekon, yakni setelah suku kata tersebut selesai diucapkan. Dengan begitu, selama 1/5 sekon bunyi sudah menempuh jarak dua kali jarak antara sumber bunyi dan dinding pemantul. Maka, untuk 1 suku kata, jarak dinding pemantul adalah :

 ” d = 1/10 v “

Dan untuk n suku kata, jarak dinding pemantul adalah :

  ” d = 1/10 nv “

Waktu terdengar gema, berarti bunyi telah menempuh jarak tersebut pergi-pulang. Jika jarak d dan waktu yang diperlukan t maka kecepatan bunyinya adalah :

 “ v = 2d/t atau juga d = vt/2 “

b. Pengukuran kedalaman laut dengan pemantulan bunyi

Bagaimana mengukur suatu kedalaman laut? Sebuah sumber getar yang disebut osilator dipasang pada dinding kapal pada bagian bawah. Di dekat osilator dipasang hidrofon, yakni alat yang dapat menangkap getaran. Untuk dapat mengukur kedalaman laut, osilator digetarkan. Getaran ultrasonik yang ditimbulkannya diarahkan ke dasar laut. Oleh dasar laut, getaran ini dipantulkan kembali dan diterima hidrofon. Sebuah alat pencatat yang akan mencatat selang waktu antara getaran dikirim dan getaran pantul yang diterima. Jika cepat rambat bunyi di air laut diketahui maka kedalaman laut bisa dihitung.


Demikianlah artikel dari pustakapengetahuan.com mengenai "Pengertian Pemantulan Bunyi Beserta Hukum, Macam - Macam Dan Contoh Pemantulan Bunyi". Jika ada kesalahan kami mohon maaf, silahkan tinggalkan komentar yang berguna bagi perbaikan artikel ini selanjutnya. Terima kasih, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semua. 

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar