Kumpulan artikel tentang Pengetahuan, pendidikan dan dunia

Kamis, 04 Juni 2020

Pengertian Syirik Beserta : Jenis -Jenis, Dalil, Makna, Ancaman, Hikmah.

| Kamis, 04 Juni 2020
Jenis - jenis syirik


Perbuatan syirik termasuk dosa besar. Allah mengampuni semua dosa yang dilakukan hambanya, kecuali dosa besar seperti syirik. Ahlus Sunnah wal Jama’ah sepakat bahwa syirik merupakan bentuk kemaksiatan yang paling besar kepada Allah Azza wa Jalla, syirik merupakan sebesar-besar kezhaliman, sebesar-besar dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mengetahui tentang syirik dan berbagai macamnya merupakan jalan untuk dapat menjauhi-nya dengan sejauh-jauhnya.


Pengertian Syirik.

Syirik adalah itikad ataupun perbuatan yang menyamakan sesuatu selain Allah dan disandarkan pada Allah dalam hal rububiyyah dan uluhiyyah. Umumnya, menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah yaitu hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo'a kepada selain Allah, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar, berdo'a dan sebagainya kepada selainNya.

Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah serta Asma dan Sifat-Nya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Syirik ada dua macam; pertama syirik dalam Rububiyyah, yaitu menjadikan sekutu selain Allah yang mengatur alam semesta, sebagaimana firman-Nya:


قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ


“Katakanlah: ‘Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai ilah) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.’” [Saba’: 22]


Jenis - Jenis Syirik

Syirik dari segi pengertiannya.

Syirik, bila ditinjau dari segi pengertiannya, mencakup dua macam:

1, Syirik dalam arti umum.

Yakni menyamakan selain Allah dengan Allah dalam apa-apa yang termasuk (hak-hak) khusus bagi Allah. Atas dasar makna ini, maka syirik dibagi menjadi tiga jenis:

Syirik dalam rububiyah. 

Maksudnya menyamakan Allah dengan sesuatu yang lain dalam hal rububiyah yang menjadi kekhususan Allah atau menisbatkan salah satu makna rububiyah kepada sesuatu atau seseorang, seperti menciptakan, memberikan rezeki, menghidupkan, mematikan dan lainnya. Jenis ini biasanya disebut tamtsil (penyerupaan) atau ta’thil (peniadaan).

Syirik dalam uluhiyah. 

Maksudnya, menyamakan sesuatu atau seseorang dalam kelayakan disembah dan ditaati yang menjadi kekhususan Allah SWT. Seperti sholat, puasa, nadzar dan menyembelih kurban untuk selain Allah SWT. Jenis ini secara umum disebut syirik.

Syirik dalam al-asma’ was sifat (nama-nama dan sifat-sifat) Allah. 

Maksudnya, menyamakan sesuatu atau seseorang dengan Allah dalam nama dan sifat yang menjadi kekhususan Allah. Jenis ini biasanya juga disebut tamtsil (penyerupaan). Seperti: menyamakan sifat-sifat dzatiyah Allah (wajah, tangan, mendengar, melihat dan lainnya) serupa dengan sifat makhluk, atau memberikan sifat-sifat yang khusus bagi Allah untuk makhluk, seperti sifat mengetahui yang ghaib, mengetahui segala sesuatu, hadir dan melihat di setiap tempat, dan.

2. Syirik dalam arti khusus

Yaitu menjadikan seseorang atau sesuatu selain Allah sebagai tuhan yang berhak diibadahi disamping Allah. Sedang jenis-jenis ibadah diantaranya: doa, takut, tawakkal, isti’anah (permintaan tolong), isti’adzah (minta perlindungan), nadzar, menyembelih, sujud dan lainnya.

Inilah makna syirik secara langsung dipahami ketika ia disebut dalam Al Qur’an, Sunnah dan ucapan kaum Salaf. Maka siapa saja yang menjadikan sesuatu atau seseorang sebagai sembahan yang ditaati selain Allah, maka ia disebut musyrik, dalam bahasa wahyu dan atsar.

Allah SWT berfirman dalam surat Yunus: 18:


وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ – يونس : 18


Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada Kami di sisi Allah”. Katakanlah: “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi Maha suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu). (Qs. Yunus: 18)

Selain itu, orang yang meyakini adanya hak membuat syari’at pada sesuatu atau seseorang selain Allah SWT, juga menjadi musyrik.


وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ – المائدة : 49


Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik (Qs. al-Maidah: 49)

Jadi, Allah SWT menjadikan proses menciptakan dan memerintah sebagai hak-Nya semata. Dialah yang membuat syari’at bagi makhluk-Nya karena Dialah pemilik mereka. Adapun sekutu selain Allah, maka mereka tidak berhak untuk itu. Sebab, makhluk ini bukan ciptaanya, sehingga ia tidak berhak memerintah mereka.

Dengan demikian, kata syirik, jika diucapkan tanpa ikatan konotasi tertentu, ia meliputi pengertian ibadah kepada selain Allah dan meyakini adanya hak membuat syari’at bagi sembahan lain selain Allah.


Syirik dari segi hukum dan bobot dosa.

Selain ditinjau dari segi pengertiannya, syirik juga ditinjau dari segi hukum dan bobot dosanya. Dalam hal ini syirik dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Syirik Akbar

Syirik akbar (syirik paling besar) yaitu menjadikan sekutu selain Allah SWT yang disembah dan ditaati sama seperti menyembah dan mentaati Allah SWT. Seperti shalat untuk selain Allah, berpuasa untuk selain Allah, menyembelih hewan (kurban) untuk selain Allah, berdoa untuk orang yang sudah mati, berdoa kepada orang yang tidak ada di hadapannya untuk menolongnya dari urusan yang hanya Allah saja yang berkuasa, dan lainnya.

2. Syirik Asghar

Syirik asghar (syirik paling kecil) adalah menyamakan sesuatu selain Allah dengan Allah SWT dalam bentuk perkataan atau perbuatan. Syirik dalam bentuk amalan adalah riya’. Sedangkan dalam bentuk perkataan lisan adalah lafadz-lafadz yang mengandung makna menyamakan Allah SWT dengan sesuatu yang lain. Misalnya, ia mengatakan: “Apa yang dikehendaki Allah dan engkau kehendaki”. Mengenai soal satu ini niscaya jelas maknanya setelah kita membaca hadits berikut.

Dalam Hadits disebutkan:


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَكَلَّمَهُ فِى بَعْضِ الأَمْرِ فَقَالَ الرَّجُلُ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- : مَا شَاءَ اللَّهُ وَشِئْتَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« أَجَعَلْتَنِى وَاللَّهَ عَدْلاً بَلْ مَا شَاءَ اللَّهُ وَحْدَهُ ».. – واه البيهقي


“Dari Ibnu Abbas: seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW -membicarakan suatu urusan-, lalu ia berkata kepada beliau “ma sya’aal wa syi’ta (Apa yang dikehendaki Allah dan engkau kehendaki). Rasulullah SAW bersabda: engkau telah menjadikanku dan Allah sebanding, tetapi ucapkan masy’allah (Apa yang dikehendaki Allah) sendiri. (HR al-Baihaqi)

Dalam Hadits riwayat Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:



عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا يَزِلُّ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ الْمَشْرِقِ


“Dari Abu Hurairah dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa diteliti yang karenanya ia terlempar ke neraka sejauh antara jarak ke timur.”

Dalam riwayat Imam Ahmad:


إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الرِّيَاءُ


“Sungguh perkara yang paling kutakutkan dari kalian adalah syirik kecil, lalu ketika beliau ditanya tentang hal itu, beliau menjawab:” Riya”.”

3. Syirik Khafi

Syirik khafi (tersembunyi) adalah syirik yang berada antara syirik akbar dan syirik asghar. Atau dengan kata lain, syirik yang dimungkinkan bisa termasuk syirik akbar atau syirik ashghar. Seperti: Bersumpah dengan selain nama Allah adalah syirik ashghar, tetapi jika yang bersumpahnya itu dengan keyakinan bahwa yang dia pakai untuk sumpah itu menyamai keagungan Allah maka ini termasuk syirik akbar.

Berdasarkan pengertian di atas, pada hakikatnya, syirik, ditinjau dari segi hukum dan bobotnya, dapat digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu: syirik akbar, yakni syirik yang terkait dengan keyakinan hati, dan syirik asghar yakni syirik yang terkait dengan perbuatan, perkataan lisan dan motivasi hati yang tersembunyi.

Nampaknya pembagian syirik menjadi tiga jenis di mana syirik khofi merupakan bagian yang ketiganya, didasarkan pada kenyataan bahwa syirik khofi bisa berubah menjadi syirik akbar atau syirik asghar. Kesubliman dan kesamaran itu menuntut kehati-hatian yang tinggi. Agar jangan sampai syirik akbar dianggap syirik asghar atau sebaliknya.

Rasulullah SAW bersabda dalam riwayat Imam Ahmad berikut ini, yang menurut ulama hadits ternama Al-Bani, bernilai hasan li ghairih:


أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا هَذَا الشِّرْكَ فَإِنَّهُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ فَقَالَ لَهُ مَنْ شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَقُولَ وَكَيْفَ نَتَّقِيهِ وَهُوَ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا نَعْلَمُ


“Wahai manusia jagalah dirimu dari syirik, karena ia lebih tersembunyi daripada rayapan semut. Seseorang yang dikehendaki Allah bertanya: bagaimanakah kami menjaganya ya Rasulullah padahal ia lebih tersembunyi dari rayapan semut. Beliau menjawab: ucapkanlah ‘ Ya Allah sesungguhnya kami mohon perlindungan kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui dan mohon ampun kepada-Mu dari sesuatu yang tidak kami ketahui‘ (HR. Ahmad)


Makna Syirik.

Secara etimologi, syirik berarti persekutuan yang terdiri dari dua atau lebih yang disebut sekutu. Sedangkan secara terminologi, syirik berarti menjadikan bagi Allah tandingan atau sekutu. Definisi ini bermuara dari hadis Nabi tentang dosa terbesar,

أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهْوَ خَلَقَكَ

“…Engkau menjadikan sekutu bagi Allah sedangkan Dia yang menciptakanmu.”

Sebagian ulama membagi makna syirik menjadi makna umum dan makna khusus. Bermakna umum, jika menyekutukan Allah di dalam peribadahan hamba kepada-Nya (uluhiyyah), menyekutukan-Nya di dalam perbuatan-Nya (rububiyyah), nama-Nya, dan sifat-Nya (al-asma’ wa ash-shifat).

Akan tetapi, jika disebutkan secara mutlak, syirik berarti memalingkan suatu ibadah kepada selain Allah. Dan inilah makna syirik secara khusus. Sebagaimana tauhid bermakna mengesakan Allah -dalam ibadah- jika disebut secara mutlak. Karena kesyirikan jenis inilah yang diperangi oleh Rasulullah semasa hidup beliau. Bahkan, kesyirikan pertama yang terjadi di muka bumi ini disebabkan oleh penyelewengan dalam beribadah kepada selain Allah yang telah menimpa kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam.


Ancaman Bagi Orang Yang Berbuat Syirik.

1. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengampuni orang yang berbuat syirik kepada-Nya, jika ia mati dalam kemusyrikannya dan tidak bertaubat kepada Allah. 

Allah Azza wa Jalla berfirman:


 إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا 


“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah (berbuat syirik), maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [An-Nisaa’: 48] Lihat juga [An-Nisaa’: 116].

2. Diharamkannya Surga bagi orang musyrik. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ


“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan Surga kepadanya, dan tempatnya adalah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zha-lim itu seorang penolong pun.” [Al-Maa-idah: 72]

3. Syirik menghapuskan pahala seluruh amal kebaikan. 

Allah Azza wa Jalla berfirman:


وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ


“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” [Al-An’aam: 88]

4. Orang musyrik itu halal darah dan hartanya. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُوا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ


“…Maka bunuhlah orang-orang musyrik di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian…” [At-Taubah: 5]


Contoh Perilaku Syirik

Pada masa pemerintahan Fir’aun, dari kaum Fir’aun kita dapat menarik pelajaran bahwa yang disebut syirik bukan hanya sikap seseorang yang mengagung-agungkan sesuatu dari kalangan sesama makhluk, termasuk sesama manusia (kultus), tetapi syirik juga meliputi sikap mengagung-agungkan diri sendiri kemudian menindas harkat dan martabat sesama manusia, seperti tingkah diktator dan tiran.

Sebagaimana firman Allah SWT:




Artinya: “Dan ini sama sekali tidak dalam ‘kegagalan’ atau ‘keperkasaan’, melainkan justru dalam kehinaan yang lebih mendasar, karena dia diperhamba oleh nefsunya sendiri untuk berkuasa dan menguasai orang lain. Inilah keadaan Fir’aun yang kemudian mengalami hukum Tuhan yang tragis dan dramatis, dan dia baru insyaf setelah malapetaka menimpa, namun sudah terlambat.” (QS. Yunus: 90).


Cara - Cara Untuk Membentengi Diri dari Syirik
  • Mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah ‘azza wa jalla dengan senantiasa berupaya memurnikan tauhid.
  • Menuntut ilmu syar’i.
  • Mengenali dampak kesyirikan dan menyadari bahwasanya syirik itu akan menghantarkan pelakunya kekal di dalam Jahanam dan menghapuskan amal kebaikan.
  • Menyadari bahwasanya syirik akbar tidak akan diampuni oleh Allah kecuali bertaubat.
  • Tidak berteman dengan orang-orang yang bodoh yang hanyut dalam berbagai bentuk kesyirikan.


Maka berhati-hatilah dari syirik dengan seluruh macamnya, dan ketahuilah bahwasanya syirik itu bisa berbentuk ucapan, perbuatan dan keyakinan. Terkadang satu kata saja bisa menghancurkan kehidupan dunia dan akhirat seseorang dalam keadaan dia tidak menyadarinya. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian tahu apa yang difirmankan Rabb kalian?” Mereka (para sahabat) mengatakan, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu”. Dia bersabda, “Pada pagi hari ini ada di antara hamba-Ku yang beriman dan ada yang kafir kepada-Ku. Orang yang berkata, ‘Kami telah mendapatkan anugerah hujan berkat keutamaan Allah dan rahmat-Nya maka itulah yang beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang. Adapun orang yang berkata, ‘Kami mendapatkan curahan hujan karena rasi bintang ini atau itu, maka itulah orang yang kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang.'” (Muttafaq ‘alaih)


Hikmah Menghindari Perbuatan Syirik

Seseorang yang dapat membebaskan dirinya dari perbuatan syirik memiliki pengaruh dalam kehidupan manusia secara nyata, antara lain :
  • Mengangkat manusia ke derajat paling tinggi dan mulia.
  • Mengalirkan rasa kesederhanaan dan kesahajaan.
  • Membuat manusia menjadi suci dan benar
  • Memunculkan kepercayaan yang teguh dalam segala hal, tidak mempunyai hubungan khusus dengan siapapun atau apapun yang menyebabkan rusaknya iman.
  • Tidak mudah putua asa dengan keadaan yang dihadapi.
  • Menumbuhkan keberanian dalam diri manusia. Dalam hubungan ini ada dua hal yang membuat manusia menjadi pengecut, yaitu takut mati, dan pemikiran yang menyatakan bahwa ada orang lain selain Allah yang dapat mencabut nyawanya.
  • Mengembangkan sikap cinta damai dan keadilan, menghalau rasa cemburu, dengki, dan iri hati.
  • Menjadi taat dan patuh kepada hukum-hukum Allah.


Demikianlah artikel yang menjelaskan tentang "Pengertian Syirik". Semoga melalui tulisan ini memberikan pemahaman kepada pembaca yang sedang mempelarinya. Mohon maaf jika ada kesalahan dan silahkan tinggal tanggapan maupun kritikan yang sifatnya memperbaiki untuk yang akan datang. Terima kasih dan semoga bermanfaat.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar