Kumpulan artikel tentang Pengetahuan, pendidikan dan dunia

Minggu, 17 Mei 2020

AMUL HUZNI, Masa Kesedihan Baginda Rasulullah Shallallahu"Alaihi Wasallam.

| Minggu, 17 Mei 2020


Pada saat terjadinya pemboikotan, sekitar tahun 617 M, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengalami tahun kesedihan. Pada tahun tersebut, tepatnya pada bulan Ramadhan dua orang yang sangat dicintainya yakni paman beliau, Abu Thalib wafat dan tiga hari kemudian disusul oleh wafatnya isteri beliau, Khadijah radhiyallahu ‘anha.

Karena penderitaan yang bertumpuk-tumpuk pada tahun itu, maka beliau menyebutnya sebagai “Ammul-huzni” (tahun duka cita), sehingga julukan ini pun terkenal dalam sejarah.


Kematian Abu Thalib

Saat itu Abu Thalib, paman yang paling disayangi Rasulullah sedang dalam kondisi sakit yang parah, seakan tinggal menunggu saat kematiannya. Hingga akhirnya dia meninggal pada bulan Rajab tahun kesepuluh setelah kenabian Rasulullah Muhammad. Namun, ada yang berpendapat Abu Thalib meninggal dunia pada bulan Ramadhan.

Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari Al-Mursayyab, bahwa tatkala ajal hampir menghampiri Abu Thalib, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menemuinya, yang saat itu di sisinya Abu Jahal. “Wahai paman, ucapkanlah la ilaha illallah, satu kalimat yang dapat engkau jadikan hujjah di sisi Allah,” pinta Rasul.

Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah menyela, “Wahai Abu Thalib, apakah engkau tidak menyukai agama Abdul Muththalib, ayahmu?”

Keduanya tak pernah berhenti mengucapkan kata-kata ini, hingga pernyataan terakhir yang diucapkan Abu Thalib adalah, “aku tetap berada pada agama Abdul Muththalib.”

Beliau bersabda, “Aku benar-benar akan memohon ampunan bagimu wahai paman, selagi aku tidak dilarang melakukannya.”

Lalu turun ayat,


وَقَالَتِ الْيَهُودُ لَيْسَتِ النَّصَارَىٰ عَلَىٰ شَيْءٍ وَقَالَتِ النَّصَارَىٰ لَيْسَتِ الْيَهُودُ عَلَىٰ شَيْءٍ وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتَابَ كَذَٰلِكَ قَالَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ مِثْلَ قَوْلِهِمْ فَاللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ


“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang Musyrik, walaupun orang-orang Musyrik itu adalah kaum kerabat(-nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang Musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam,” (At-Taubah: 113).


Allah juga menurunkan ayat,


إِنَّكَ لَا تَهْدِى مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ


Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.” (Al-Qashash: 56).

Padahal, tidak bisa dibayangkan apa saja perlindungan yang diberikan Abu Thalib terhadap Rasulullah. Dia benar-benar menjadi benteng yang ikut menjaga dakwah Islam dari serangan orang - orang yang sombong dan dungu. Namun, hanya Allah yang dapat memberi rahmat kepada manusia.

Dari Abu Sa’id Al-Khudry, bahwa dia pernah mendengar Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Semoga syafaatku bermanfaat baginya pada hari kiamat nanti, sehingga dia diletakkan di neraka yang dangkal, hanya sebatas tumitnya saja.”


Pengaruh Wafatnya Abu Thalib 

Setelah wafatnya Abu Thalib, orang-orang Quraisy semakin berani bertindak keji kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan hal ini dengan sabdanya,

مَا نَالَتْ مِنيِّ قُرَيْش شَيْئاً أكْرَهُهُ حَتَّى مَاتَ أَبُوْ طَالِبٍ

“Orang-orang  Quraisy tidak dapat menimpakan kepadaku  sesuatu yang aku tidak sukai, sehingga wafatnya Abu Thalib.” 

Kondisi ini dirasakan semakin berat oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan wafatnya Khadijah, karena dialah yang selama ini menjadi pelipur lara di kala duka. Dengan iman dan kelapangan hatinya, Khadijah  menjadi labuhan hati beliau untuk mendapatkan rahah nafsiyah (refresi jiwa). Dengan kepergiannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah kehilangan penguat maknawiyahnya yang terdekat.


Khadijah Menyusul ke Rahmatullah (Wafat)

Kira-kira dua atau tiga bulan setelah Abu Thalib meninggal dunia, Ummul-Mukminin Khadijah Al-Kubra meninggal dunia pada usia enam puluh lima tahun. Selama 25 tahun terakhir, Khadijah adalah seorang istri yang menemani Rasullah dalam setiap keadaan. Melindungi di kritis, menyayangi di saat resah, membantu menyebarkan tugas kerasulan, dan menyerahkan diri serta hartanya demi Islam.

Di dalam Shahihul-Bukhary, dari Abu Hurairah r.a, dia berkata, “Jibril mendatangi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, seraya berkata, “wahai Rasulullah, inilah Khadijah yang datang sambil membawa bejana yang di dalamnya ada lauk atau makanan atau minuman. Jika dia datang, sampaikan salam kepadanya dari Rabb-nya dan sampaikan kabar kepadanya tentang sebuah rumah di surga, yang di dalamnya tidak ada suara hiruk pikuk dan keletihan.”

“Dia beriman kepadaku saat semua orang mengingkariku, membenarkan aku selagi semua orang mendustakanku, menyerahkan hartanya kepadaku selagi semua orang tidak mau memberikannya, Allah pun menganugerahiku anak darinya selagi wanita selainnya tidak memberikannya kepadaku.”)

Dua peristiwa ini terjadi dalam jangka waktu yang tidak terpaut lama, sehingga menorehkan perasaan duka dan lara di hati Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, belum lagi cobaan yang dilancarkan kaumnya, karena dengan kematian keduanya mereka semakin berani menyakiti dan mengganggu beliau.

Kesedihan Rasulullah membawa beliau pergi ke Tha’if dengan setitik harapan penduduk setempat berkenan menerima dakwah, atau minimal sudi melindungi dan mengulurkan pertolongan dalam menghadapi kaumnya. Sebab beliau tidak lagi melihat seseorang yang bisa memberi perlindungn dan pertolongan. Pada saat-saat seperti itu Rasulullah masih kerap menerima gangguan yang paling dibencinya dari Quraisy.

Khadijah radhiyallahu ‘anha wafat pada usia enam puluh lima tahun enam bulan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memakamkannya di Al-Hajun. Pada masa selanjutnya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sering sekali membicarakan keindahan hari-harinya bersama Khadijah radhiyallahu ‘anha; berbuat baik kepada sahabat-sahabatnya, dan menghormati keluarganya.


Kemuliaan Khadijah.

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


خَيْرُ نِسَائِهَا مَرْيَم ابْنَةُ عِمْرَان، وَخَيْرُ نِسَائِهَا خَدِيْجة

“Sebaik-baik wanita adalah Maryam binti Imran, dan sebaik-baik wanita adalah Khadijah.”


Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,


مَا غِرْتُ عَلَى أَحَدٍ مِنْ نِسَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيجَةَ وَمَا رَأَيْتُهَا وَلَكِنْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ ذِكْرَهَا وَرُبَّمَا ذَبَحَ الشَّاةَ ثُمَّ يُقَطِّعُهَا أَعْضَاءً ثُمَّ يَبْعَثُهَا فِي صَدَائِقِ خَدِيجَةَ فَرُبَّمَا قُلْتُ لَهُ كَأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ فِي الدُّنْيَا امْرَأَةٌ إِلَّا خَدِيجَةُ فَيَقُولُ إِنَّهَا كَانَتْ وَكَانَتْ وَكَانَ لِي مِنْهَا وَلَدٌ


“Aku tidak pernah cemburu pada salah seorang isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti aku cemburu pada Khadijah, padahal aku tidak pernah bertemu dengannya, akan tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak sekali menyebut-nyebut namanya. Pernah beliau menyembelih kambing, lalu dipotong bagian demi bagian, kemudian beliau kerimkan kepada teman-teman Khadijah. Sampai aku katakan padanya, ‘Sepertinya di dunia ini tidak ada wanita selain Khadijah.’. Lalu beliau bersabda: ‘Sesungguhnya dia itu dulu pernah begini dan begini, lalu darinyalah aku dikaruniai anak.’” (HR. Bukhari dan Muslim)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “Jibril pernah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata,


يَا رَسُوْلَ اللهِ هَذِهِ خَدِيْجَةُ قَدْ أَتَتْ مَعَهَا إِنَاءٌ فَيْهِ إِدَامٌ أَوْ طَعَامٌ أَوْ شَرَابٌ فَإِذَا هِيَ أَتَتْكَ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلَامَ مِنْ رَبِّهَا وَ مِنِّى وَ بَشِّرْهَا بِبَيْتٍ فِى اْلجَنَّةِ مِنْ قَصَبٍ لَا صَخَبَ فِيْهِ وَ لَا نَصَبَ


“Wahai Rasulullah, khadijah akan datang kepadamu dengan membawa bejana yang berisi cuka, makanan atau minuman. Apabila ia datang kepadamu, maka sampaikanlah salam kepadanya dari Rabbnya dan dariku. Dan berikan kabar gembira kepadanya bahwa ia berada di dalam sebuah rumah di dalam surga yang terbuat dari mutiara yang berongga yang tidak terdapat kegaduhan di dalamnya dan tidak pula keletihan”. (HR Bukhari, No. 3820, 7497).


Anak - Anak Rasulullah dari Khadijah

Khadijah radhiyallahu ‘anhu melahirkan anak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu:
  • Zainab, anak tertua Nabi, di masa jahiliyah pernah menikah dengan Abu Al-Ash bin Ar Rabi’.
  • Ruqayyah dan Ummu Kultsum, menikah dengan Utsman bin Affan, yang pertama menikah di Mekah sebelum hijrah, dan ikut hijrah ke Habasyah, dan yang kedua menikah di Madinah setelah wafat Ruqayyah.
  • Fathimah, anak perempuan Nabi yang paling kecil, menikah dengan Ali bin Abi Thalib.


Khadijah juga melahirkan anak-anak lelaki yang wafat ketika masih kecil, yaitu:
  • Al Qasim, yang menjadi nama kunyah Nabi (Abul Qasim), wafat sebelum beliau diangkat menjadi Nabi.
  • Abdullah, lahir setelah masa kenabian, dipanggil juga Thahir dan Thayyib
  • Dan tidak ada yang hidup setelah wafat Nabi kecuali Fathimah, yang hidup sebentar setalah wafatnya Nabi


Itulah sebabnya tahun wafatnya Khadijah dan Abu Thalib disebut dengan ‘Amul Huzni (tahun duka cita).

Pelajaran berharga dari kisah masa Ammul-huzni
  • Kisah ini semakin menegaskan bahwa ujian dan cobaan di jalan dakwah adalah sunnatullah yang tak dapat dihindari.
  • Dengan wafatnya dua orang pembela utama nabi ini, Allah Ta’ala mengajarkan kepada para da’i bahwa para pembela dakwah akan selalu datang dan pergi, bahkan dapat terjadi ia menghilang pergi di saat ujian dan cobaan begitu memuncak. Maka ketawakkalan kepada Allah Ta’ala hendaknya selalu diperkokoh. Dialah Pembela yang hakiki bagi para pejuang kebenaran.

Wallahu a'lam Bishawab


Demikianlah artikel yang menjelaskan tentang "AMUL HUZNI". Semoga melalui tulisan ini memberikan pemahaman kepada pembaca yang sedang mempelarinya. Mohon maaf jika ada kesalahan dan silahkan tinggal tanggapan maupun kritikan yang sifatnya memperbaiki untuk yang akan datang. Terima kasih dan semoga bermanfaat.


Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar