Kumpulan artikel tentang Pengetahuan, pendidikan dan dunia

Kamis, 30 Mei 2019

Shalat Sunah Idul Fitri ('Ied), Pengertian, Hukum, dan Tata Cara Melaksanakan Shalat Idul Fitri.

| Kamis, 30 Mei 2019
Pengertian shalat Idul Fitri ('Ied) dan tata cara melaksanakan shalat sunah Idul Fitri - pustakapengetahuan.com


Dengan berakhirnya bulan Ramadan, seluruh umat Islam akan memperingatkan hari kemenangan, hari yang fitri, yakni Hari Raya Idul Fitri. Hari kemenangan ini bermakna bahwa umat islam telah berjuang selama satu bulan lamanya melawan dan menjaga hawa nafsu, untuk fokus pada amalan-amalan baik dan beribadah. Pelaksanaan idul fitri ini juga sebagai penanda bahwa berakhirnya untuk pelaksanaan zakat fitrah.


Pengertian Shalat Idul Fitri (Shalat 'Ied) 

Idul fitri diartikan sebagai hari suci atau hari dimana umat islam seperti terlahir kembali dan bersih dari dosa. Idul fitri atau yang biasa disebut dengan hari lebaran adalah salah satu momen yang ditunggu oleh umat islam baik di Indonesia atau di negara lain dan dirayakan pada tanggal 1 Syawal. Saat idul fitri kita melakukan satu ibadah yang hanya dilaksankana pada hari raya idul fitri saja yakni shalat idul fitri atau yang biasa disebut sebagai shalat id.

Shalat idul fitri adalah salah satu shalat yang hanya dikejakan saat perayaan hari raya idul fitri. Shalat idul fitri berbeda dengan shalat sunnah lainnya seperti shalat dhuha, shalat tahajud shalat witir dan shalat wajib  dalam hal cara melaksanakan. Shalat idul fitri dilaksanakan pada pagi hari saat hari raya idul fitri dan umat islam akan beramai-ramai mengunjungi mesjid atau lapangan untuk melaksanakan shalat idul fitri secara berjamaah.


Hukum Shalat Idul Fitri

Meskipun shalat idul fitri termasuk shalat sunnah, namun beberapa hadist dan dalil menyatakan bahwa hukum melaksanakan shalat idul fitri adalah wajib. Berikut adalah beberapa dalil tentang shalat idul fitri


أَمَرَنَا – تَعْنِى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- – أَنْ نُخْرِجَ فِى الْعِيدَيْنِ الْعَوَاتِقَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ وَأَمَرَ الْحُيَّضَ أَنْ يَعْتَزِلْنَ مُصَلَّى الْمُسْلِمِينَ.


“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami pada saat shalat ‘ied  agar mengeluarkan para gadis yang  beanjak dewasa dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haidh. Namun beliau memerintahkan pada wanita yang sedang haidh untuk menjauhi tempat shalat.”

Di antara alasan wajibnya shalat ‘ied dikemukakan oleh Shidiq Hasan Khon (murid Asy Syaukani).

1. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus menerus melakukannya.

2. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah kaum muslimin untuk keluar rumah untuk menunaikan shalat ‘ied. Perintah untuk keluar rumah menunjukkan perintah untuk melaksanakan shalat ‘ied itu sendiri bagi orang yang tidak punya udzur. Di sini dikatakan wajib karena keluar rumah merupakan wasilah (jalan) menuju shalat. Jika wasilahnya saja diwajibkan, maka tujuannya (yaitu shalat) otomatis juga wajib.

Ada perintah dalam Al Qur’an yang menunjukkan wajibnya shalat ‘ied yaitu firman Allah Ta’ala,


فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ


“Dirikanlah shalat dan berqurbanlah (an nahr).” (QS. Al Kautsar: 2). Maksud ayat ini adalah perintah untuk melaksanakan shalat ‘ied.

3. Shalat jum’at menjadi gugur bagi orang yang telah melaksanakan shalat ‘ied jika kedua shalat tersebut bertemu pada hari ‘ied. Padahal sesuatu yang wajib hanya boleh digugurkan dengan yang wajib pula. Jika shalat jum’at itu wajib, demikian halnya dengan shalat ‘ied. –Demikian penjelasan Shidiq Hasan Khon yang kami sarikan-.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Pendapat yang menyatakan bahwa hukum shalat ‘ied adalah wajib bagi setiap muslim lebih kuat daripada yang menyatakan bahwa hukumnya adalah fardhu kifayah (wajib bagi sebagian orang saja). Adapun pendapat yang mengatakan bahwa hukum shalat ‘ied adalah sunnah (dianjurkan, bukan wajib), ini adalah pendapat yang lemah. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri memerintahkan untuk melakukan shalat ini. Lalu beliau sendiri dan para khulafaur rosyidin (Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, dan ‘Ali, -pen), begitu pula kaum muslimin setelah mereka terus menerus melakukan shalat ‘ied. Dan tidak dikenal sama sekali kalau ada di satu negeri Islam ada yang meninggalkan shalat ‘ied. Shalat ‘ied adalah salah satu syi’ar Islam yang terbesar. … Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberi keringanan bagi wanita untuk meninggalkan shalat ‘ied, 


Waktu Shalat Idul Fitri

Shalat idul fitri dilaksanakan pada hari raya idul fitri tanggal 1 Syawal. Berbeda dengan shalat idul adha yang dilakukan pada waktu pagi dan lebih awal, shalat idul fitri dilaksanakan lebih akhir sekitar pukul 7 - 8 karena setelah idul fitri tidak ada pelaksanaan penyembelihan hewan kurban.

Ibnul Qayyim mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengakhirkan shalat ‘Idul Fitri dan mempercepat pelaksanaan shalat ‘Idul Adha. Ibnu ‘Umar  yang sangat dikenal mencontoh ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah keluar menuju lapangan kecuali hingga matahari meninggi.”


Persiapan Sebelum Shalat Idul Fitri

Setelah mengetahui hukum, waktu dan tempat melaksanakan kita perlu mengetahui tata cara dan hal-hal yang perlu dilakukan sebelum melaksanakan shalat idul fitri. Simak penjelasan berikut ini

1. Mandi dan mensucikan diri

Sebelum melaksanakan shalat idul fitri hendaknya kita mandi dan mensucikan diri. Jangan lupa untuk berwudhu sebelum berangkat menuju tempat shalat. Terkadang seseorang lupa untuk mengambil wudhu terutama wanita yang memakai make up setelah mandi. Jangan lupa bahwa wudhu adalah salah satu syarat sahnya shalat.

2. Memakai pakaian terbaik

Saat hendak melaksanakan shalat idul fitri, sebaiknya kita menghias diri dan memakai pakaian terbaik. Pria juga dianjurkan untuk memakai wangi-wangian. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim bahwa “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar ketika shalat Idul Fithri dan Idul Adha dengan pakaiannya yang terbaik.

3. Makan

Sebelum melaksanakan shalat id kita dianjurkan untuk makan dipagi hari dan hal inilah yang membedakan shalat idul fitri dengan shalat idul adha dimana saat sebelum shalat idul adha kita tidak dianjurkan untuk makan hal ini dimaksudkan bahwa pada hari raya idul fitri umat islam tidak lagi melakukan ibadah puasa seperti sebelumnya pada bulan ramadhan. Sebagaimana hadist Rasullullah SAW


كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied pada hari Idul Fithri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.”

4. Berjalan kaki dan menempuh jalan yang berlainan

Yang dinaksud dengan menempuh jalan yang berlainan adalah saat pergi dan pulang shalat idul fitri hendaknya kita melewati jalan yang berbeda hal ini dimaksudkan supaya saat pergi maupun pulang kita lebih banyak bertemu dengan orang-orang yang juga melaksanakan shalat id dan saling berminal aidzin. Pergi menuju tempat shalat id juga dianjurkan untuk berjalan kaki daripada menggunakan kendaraan kecuali jika ada halangan atau hajat. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh ibnu Jabir :


كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ


“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘ied, beliau lewat jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.

Dan Hadist yang diriwayatkan oleh ibnu umar


كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَخْرُجُ إِلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا


“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang dengan berjalan kaki

5. Melafalkan takbir

Saat sebelum melaksanakan shalat id sebaiknya kita melafalkan kalimat takbir kepada Allah SWT sebagai tanda bahwa kita gembira menyambut hari raya idul fitri (baca manfaat takbir)

Kalimat takbir adalah sebagai berikut :


اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ


“Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar, Allahu akbar wa lillahi ilhamd (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar selain Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala pujian hanya untuk-Nya)


Tempat Shalat Idul Fitri

Pada hari raya idul fitri kita menyaksikan banyak umat islam yang melaksanakan ibadah shalat id di sebuah tanah lapang hal ini sesuai hadits rasullullah SAW yang menyatakan bahwa shalat idul fitri di sebuah tanah lapang lebih afdhol daripada shalat id dalam masjid


رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى


“Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar pada hari raya ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha menuju tanah lapang.” (HR Abu Said)

An Nawawi mengatakan, “Hadits Abu Sa’id Al Khudri di atas adalah dalil bagi orang yang menganjurkan bahwa shalat ‘ied sebaiknya dilakukan di tanah lapang dan ini lebih afdhol (lebih utama) daripada melakukannya di masjid. Inilah yang dipraktekkan oleh kaum muslimin di berbagai negeri. Adapun penduduk Makkah, maka sejak masa silam shalat ‘ied mereka selalu dilakukan di Masjidil Haram.

Namun jika memiliki uzur seperti hujan, dan tidak adanya tanah lapang disekitar tempat tinggal anda maka shalat id boleh dilaksanakan di dalam masjid.


Tata Cara Shalat Idul Fitri

Shalat idul fitri hampir sama cara pelaksanaannya seperti shalat wajib atau shalat sunnah hanya saja terdapat sedikit perbedaan. Shalat idul fitri dilaksanakan dua rakaat secara berjamaah dan tidak ada adzan maupun iqamat untuk mengawalinya. Berikut adalah penjabarannya

1. Dimulai dengan takbiratul ikhram sebagaimana shalat lainnya

Bertakbir sebanyak 7 kali selain takbiratul ikhram dan dengan melafadzkan kalimat takbir. Diantara takbir-takbir tersebut hendaknya membaca kalimat


سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ . اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِ


“Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar. Allahummaghfirlii war hamnii (Maha suci Allah, segala pujian bagi-Nya, tidak ada sesembahan yang benar untuk disembah selain Allah. Ya Allah, ampunilah aku dan rahmatilah aku).

2. Membaca Alfatihah kemudian membaca surat lainnya pada rakaat pertama

3. Kemudian lakukan gerakan shalat seperti pada shalat umumnya yakni ruku, itidal dan sujud

4. Setelah bangkit dan masuk rakaat kedua, bertakbir sebanyak lima kali dan dengan lafadz yang sama seperti rakaat pertama

5. Membaca surat Alfatihah dan surat lainnya

6. Selanjutnya lakukan gerakan shalat sebagaimana biasanya sampai tahyat akhir dan salam

7. Setelah shalat id boleh khotib akan menyampaikan khutbah atau ceramah, jamaah boleh mengikuti khutbah ini dan mendengarkan namun juga boleh meninggalkan jika memiliki kepentingan. Sebagaimana hadits Rasullullah SAW


إِنَّا نَخْطُبُ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ لِلْخُطْبَةِ فَلْيَجْلِسْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَذْهَبَ فَلْيَذْهَبْ


“Aku saat ini akan berkhutbah. Siapa yang mau tetap duduk untuk mendengarkan khutbah, silakan ia duduk. Siapa yang ingin pergi, silakan ia pergi. (HR Abdullah Said).


Tidak Ada Adzan dan Iqomah Ketika Shalat Idul Fitri (‘Ied)

Dari Jabir bin Samuroh, ia berkata,


صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْعِيدَيْنِ غَيْرَ مَرَّةٍ وَلاَ مَرَّتَيْنِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ.


“Aku pernah melaksanakan shalat ‘ied (Idul Fithri dan Idul Adha) bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan hanya sekali atau dua kali, ketika itu tidak ada adzan maupun iqomah.”

Ibnul Qayyim mengatakan, “Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai ke tempat shalat, beliau pun mengerjakan shalat ‘ied tanpa ada adzan dan iqomah. Juga ketika itu untuk menyeru jama’ah tidak ada ucapan “Ash Sholaatul Jaam’iah.” Yang termasuk ajaran Nabi adalah tidak melakukan hal-hal semacam tadi.”


Khutbah Setelah Shalat Idul Fitri (‘Ied)

Dari Ibnu ‘Umar, ia mengatakan,


كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ – رضى الله عنهما – يُصَلُّونَ الْعِيدَيْنِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ


“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr, begitu pula ‘Umar biasa melaksanakan shalat ‘ied sebelum khutbah.

Setelah melaksanakan shalat ‘ied, imam berdiri untuk melaksanakan khutbah ‘ied dengan sekali khutbah (bukan dua kali seperti khutbah Jum’at).[32] Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan khutbah di atas tanah dan tanpa memakai mimbar.[33] Beliau pun memulai khutbah dengan “hamdalah” (ucapan alhamdulillah) sebagaimana khutbah-khutbah beliau yang lainnya.

Ibnul Qayyim mengatakan, “Dan tidak diketahui dalam satu hadits pun yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammembuka khutbah ‘iednya dengan bacaan takbir. … Namun beliau memang sering mengucapkan takbir di tengah-tengah khutbah. Akan tetapi, hal ini tidak menunjukkan bahwa beliau selalu memulai khutbah ‘iednya dengan bacaan takbir.

Jama’ah boleh memilih mengikuti khutbah ‘ied ataukah tidak. Dari ‘Abdullah bin As Sa-ib, ia berkata bahwa ia pernah menghadiri shalat ‘ied bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tatkala beliau selesai menunaikan shalat, beliau bersabda,


إِنَّا نَخْطُبُ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ لِلْخُطْبَةِ فَلْيَجْلِسْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَذْهَبَ فَلْيَذْهَبْ


“Aku saat ini akan berkhutbah. Siapa yang mau tetap duduk untuk mendengarkan khutbah, silakan ia duduk. Siapa yang ingin pergi, silakan ia pergi.”


Hikmah Menunaikan Shalat Sunah Idul Fitri

Salat Idul Fitri termasuk sunnah muakad, yang mana lebih baik dikerjakan secara berjamaah. Pelaksanaan salat hari raya idul fitri dilakukan sebelum khutbah. Untuk itu khutbah idul fitri juga hal yang cukup penting diikuti. Hikmah apa saja yang kita dapat dari salat Idul Fitri adalah sebagai berikut :

Merasakan persatuan umat Islam

Dengan adanya shalat berjamaah idul fitri, maka hal ini akan menambah persatuan islam. Karena di dalam shalat berjamaah idul fitri, seluruh umat islam berkumpul bersama, menjadi satu. Dalam jamaah yang sama tidak melihat adanya perbedaan latar belakang apapun. Bahkan segala macam pangkat dan jabatan atau segala macam jenis pekerjaan tidak terlihat dalam hal ini. Maka itu terasa sekali persatuan islam menjadi kesatuan yang utuh.

Menambah Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwan islamiyah pun akan tercipta dari shalat jamaah idul fitri. Seluruh umat islam akan bertemu, tentu yang satu wilayah, dan yang jarang bertemu akan saling dipertemukan. Apalagi terdapat sunnah untuk mengambil jalan yang berbeda dari pergi dan pulang. Di hari-hari biasanya mungkin akan sangat jarang umat islam bertemu dan bercengkrama, sedangkan saat idul fitri inilah kesempatan besar untuk dapat bertemu dan bersilahturahmi.

Mensucikan diri dan saling memaafkan

Dengan dipertemukannya masing-masing dari umat islam, maka saling memaafkan dan menyapa pun akan terjadi. Untuk itu akan menambah kesucian diri dan saling memberikan kedamaian di dalam masing-masing hati umat islam.


Demikianlah yang dapat kami sampaikan, jika ada kesalahan atau kekurangan kami mohon maaf, silahkan tinggalkan komentar dengan sifatnya membangun menjadi lebih baik. Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih.


Tata cara shalat Tarawih
https://www.pustakapengetahuan.com/2019/05/pengertian-dan-sejarah-shalat-tarawih.html

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar