Kumpulan artikel tentang Pengetahuan, pendidikan dan dunia

Selasa, 16 April 2019

Sistem Pemerintahan Indonesia Pada Masa Orde Lama

| Selasa, 16 April 2019

Indonesian Government System during the Old Order


Sistem Pemerintahan Indonesia Masa Orde Lama yaitu periode pemerintahan Presiden Soekarno pada tahun 1945 sampai tahun 1968. Untuk pengertian, masa berlangsung, kelebiahan dan kekurangannya, mari kita ulas lebih lanjut sistem pemerintahan pada periode ini.



Pengertian Orde Lama.

Orde berasal dari bahasa Latin yaitu kata “ordo” yang berarti deretan, susunan, kelas, aturan, atau ketertiban. Oleh karena itu, pengertian orde dapat diartikan sebagai suatu bagian/anggota yang memiliki banyak unsur yang diatur melalui prinsip tertentu. Prinsip-prinsip tersebut dapat mengatur bagaimana hubungan antara unsur yang satu dengan yang lainnya, sehingga timbul suatu kesatuan yang tersusun baik.

Orde lama adalah sebutan bagi periode pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno yang berlangsung pada tahun 1945 sampai tahun 1968. Pada periode ini, Presiden Soekarno berlaku sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan.

Soekarno memerintah Indonesia dimulai sejak tahun 1945 - 1968. Sedangkan orde baru adalah periode setelah berlangsungnya orde lama. Orde baru di Indonesia adalah sebutan untuk mewakili sistem di bawah kepemimpinan presiden Soeharto. Era presiden Soeharto berkuasa di Indonesia dimulai sejak runtuhnya orde lama pada tahun 1968 sampai dengan dimulainya orde reformasi pada tahun 1998.


Sistem Pemerintahan Orde Lama.

Pada masa orde lama, sistem pemerintahan di Indonesia mengalami beberapa peralihan. Indonesia pernah menerapkan sistem pemerintahan presidensial, parlementer, demokrasi liberal, dan sistem pemerintahan demokrasi terpimpin. 

Berikut penjelasan sistem pemerintahan masa Soekarno :
  • Masa Pemerintahan Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
  • Pada tahun 1945-1950, terjadi perubahan sistem pemerintahan dari presidensial menjadi parlementer. Dimana dalam sistem pemerintahan presidensial, presiden memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai badan eksekutif dan merangkap sekaligus sebagai badan legislatif.
  • Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno ini juga terjadi penyimpangan UUD 1945. Berikut Penyimpangan UUD 1945 yang terjadi pada masa orde lama:
  • Fungsi Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) berubah, dari pembantu presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN yang merupakan wewenang MPR.
  • Terjadinya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer.


Peristiwa Sejarah Masa Orde Lama.

Sistem Pemerintahan Demokrasi Liberal.


sejarah masa orde lama


Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia ditandai dengan proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, tidak membuat Belanda menyerah untuk merebut kembali kekuasaan di Indonesia. Terdapat banyak agresi militer yang dilancarkan oleh Belanda sejak tahun 1945 sampai dengan 1949. Pada tahun 1949, akhirnya Belanda secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia.

Sejak merdeka, Indonesia sudah memiliki presiden yaitu Ir.Soekarno. pada masa-masa sulitnya, Soekarno banyak memberikan pemikiran-pemikiran agar dapat mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Baru pada tahun 1950, Soekarno menetapkan sistem pemerintahan bagi Indonesia. Sistem yang dipakai adalah sistem pemerintahan demokrasi liberal. Di dalam sistem ini, presiden hanya bertindak sebagai kepala Negara, presiden hanya berhak mangatur formatur pemilihan kabinet. Oleh karena itu, tanggung jawab pemerintahan ada di tangan kabinet. Presiden tidak dapat bertindak sewenang-wenang terhadap jalannya pemerintahan. Adapun kepala pemerintahan dipegang oleh seorang Perdana Menteri.

Pada masa demokrasi liberal ini, partai-partai seperti PNI, PKI, Masyumi memiliki partisipasi yang sangat besar di dalam pemerintahan. Mereka mendapatkan kursi-kursi di dalam parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat) sebagai perwakilan rakyat Indonesia. Atas dasar amanat Undang-undang Dasar Sementara 1950, maka dibentuklah kabinet yang bertanggung jawab kepada parlemen. Setiap kabinet yang berkuasa harus mendapatkan dukungan mayoritas dari perlemen, jika tidak mandate yang telah diberikan haru sdikembalikan lagi kepada presiden. Setelah itu, dibentuk kembai kabinet baru untuk menggantikan kabinet selanjutnya agar dapat menjalankan roda pemerintahan.

Kabinet-kabinet yang pernah berkuasa sejak dimulainya penerapan sistem pemerintahan demokrasi liberal adalah kabinet Natsir (1950-1951), kabinet Sukiman-Suwirjo (1951-1952), kabinet Wilopo (1952-1953), kabinet Ali Sastroamidjojo I (1953-1955), kabinet Burhanuddin Harahap (1955-1956), kabinet Ali Sastroamidjojo II (1956-1957), dan kabinet Djuanda (1957-1959). Oleh karena itu, satu hal yang menjadi ciri dasar pada sistem pemerintahan ini adalah kabinet yang sering berubah-ubah.

Dalam menjalankan kebijakannya, kabinet-kabinet yang terbentuk banyak mengalami hambatan terutama dari tubuh parlemen itu sendiri. Bentuk Negara yang belum sempurna, adanya beberapa daerah yang masih dibawah kekuasaan Belanda, dan adanya perbedaan kepentingan politik antar anggota parlemen membuat kabinet yang ada susah untuk menjalankan kebijakan-kebijakannya.

Pada masa demokrasi liberal ini, Indonesia berhasil menjalankan pemuli pertama pada tanggal 29 september 1955 dengan agenda untuk memilih anggota parlemen yang akan dilantik pada 20 Maret 1956. Pada pemilu ini juga, Indonesia berhasil membentuk suatu badan yang bertugas untuk menyusun konstitusi tetap dari Negara Indonesia yang diberi nama dengan Badan Konstituante.


Sistem Pemerintahan Demokrasi Terpimpin.


Sistem Pemerintahan Demokrasi Terpimpin


Berbagai kekacauan yang terjadi saat diterapkannya demokrasi liberal, memaksa Indonesia untuk mulai membentuk suatu sistem pemerintahan baru yang lebih baik. Maka pada tahun 1959, Soekarno selaku presiden pada saat itu memperkenalkan suatu sistem pemerintahan baru yang diberi nama Demokrasi Terpimpin. Perbedaan mendasar antara sistem pemerintahan demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin terletaj pada kekuasaan presiden. Di dalam demokrasi liberal, parlemen memili kekuasaan yang luas untuk menjalankan pemerintahan dan pengambilan keputusan Negara. Namun di dalam sistem demokrasi terpimpin, presidenlah yang memiliki kekuasaan tersebut, bahkan presiden memikili kekuasaan hampir seluruh bidang pemerintahan.

Secara resmi, Indonesia mulai menerapkan sistem demokrasi terpimpin sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 oleh presiden Soekarno. Maka pada saat itu, kabinet Djuanda dibubarkan dan digantikan dengan kabinet kerja yang dipimpin oleh Soekarno sendiri selaku perdana menteri dan Ir.Djuanda selaku menteri pertama. Pada masa pemerintahan ini, focus kebijakan berada di sector pangan, sandang, dan pembebasan Irian Barat. Di masa ini juga, Indonesia membentuk badan-badan eksekutif maupun legislative seperti MPRS, DPRS, DPA, Depernas, dan Front Nasional.


Gerakan 30 September 1965.


Gerakan 30 S PKI


Salah satu peristiwa yang paling membekas dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia adalah peristiwa G30S/PKI yang masih menuai kontroversi sampai sekarang. Salah satu versi tentang pergerakan ini timbul dari pemerintahan orde baru yang menyatakan bahwasanya gerakan ini dilakukan untuk merebut kekuasaan tertinggi yang berada di tangan Soekarno selaku pimpinan tertinggi Angkatan Bersenjata dan Presiden Seumur Hidup berdasarkan konsep dalam sistem Demokrasi terpimpin. Tindakan ini dipimpin oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan bantuan beberapa organisasi-organisasi underbouw yang masih tersisa pasca peristiwa 1948.

Dampak - dampak yang ditimbulkan akibat gerakan ini antara lain adalah :

a. Timbulnya Demonstrasi Menentang PKI.


Menentang PKI


Penyelesaian terhadap G30S/PKI ini sejatinya akan diputuskan saat sidang Dwikora pada tanggal 6 Oktober 1965. Namun, massa yang sudah tidak sabar menuntut agar penyelasaian ini dilaksanakan secepatnya dengan cara seadil-adilnya. Maka timbullah berbagai demonstrasi massa menuntut hal tersebut.

b. Mayjen Soeharto diangkat Menjadi Panglima AD.


panglima tni


Pada saat tengah berlangsungnya sidang Kabinet Dwikora yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, ajudan presiden melaporkan bahwa diluar istana terdapat pasukan yang tidak dikenal. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Soekarno menyerahkan pimpinan sidang kepada Wakil Perdana Menteri Dr.Johannes Leimena dan beliau berangkat menuju istana Bogor didampingi oleh Waperdam I Dr.Subandrio dan Waperdam II Chairul Saleh.

Di tempat yang lain, tiga orang perwira tinggi Angkatan Darat yaitu Mayor Jenderal Basuki Rachmat, Brigadi rJenderal M.Yusuf, dan Brigadir Jenderal Amir Mahmud bertemu dengan Letnan Jenderal Soeharto selaku Panglima Kostrad/Pangkopkamtib untuk meminta izin menghadap Presiden. Setelah mendapatkan izin, merek aberangkat menuju Bogor dan melaporkan kepada Soekarno bahwa ABRI khususnya AD sudah dalam kondisi siap siaga, namun merek ajuga meminta presiden untuk mengambil kebijakan untuk mengatasi keadaan ini.

Menanggapi laporan tersebut, presiden Soekarno Surat Perintah Sebelas Maret atau yang lebih dikenal dengan nama Supersemar yang ditujukan kepada Letjen Soeharto selaku Pangkopkamtib untuk mengambil tindakan dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, dan stabilitas pemerintahan demi keutuhan NKRI.


Jatuhnya Kekuasaan Pemerintahan Orde Lama.


soekarno mengundurkan diri


Dalam rangka menjalankan Supersemar, Soeharto menjalankan beberapa kebijakan untuk menangkap dan meruntuhkan rezim PKI dan pengikut-pengikutnya di Indonesia. Kebijakan-kebijakan tersebut meliputi :
  • Pembubaran dan pelarangan PKI dan ormas-ormasnya
  • Menangkap 15 orang menteri kabinet Dwikora yang dicurigai terlibat PKI
  • Membersihkan DPRGR dan MPRS dari orang-orang PKI
  • Pembentukan Kabinet Ampera

Kebijakan-kebijakan ini dirasa cukup untuk menanggapi Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura) yang dilancarkan untuk menjaga stabilitas Negara sejak dilancarkannya G30S/PKI. Di dalam Kabinet Ampera itu sendiri, Soekarno medapatkan tempat selaku pimpinan. Akan tetapi, pelaksanaan kebijakan tetap dipegang oleh Presidium Kabinet yang dipimpin oleh Jend.Soeharto. akibatnya, terjadi dualisem kepemimpinan yang menjadi kondisi kurang menguntungkan mengingat stabilitas Negara yang belum normal.

Soekarno kala itu masih memiliki pengaruh politik, namun kekuatannya perlahan-lahan dilemahkan. Kalangan militer kebertaan dengan kebijakan-kebijakan yang dimabil oleh Soekarno yang dirasa berpihak kea rah komunisme. Ditambah dengan mengalirnya bantuan dari Uni Soviet dan Tiongkok semakin menambha kecurigaan mereka terhadap presiden Soekarno.

Akibatnya, pada 22 februari 1967, dalam rangka untuk mengatasi konflik yang semakin memanas, presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan kepada Jend.Soeharto. penyerahan kekuasaan ini dilengkapi dengan Pengumuman Presiden Mandataris MPRS, Panglima Tertinggi ABRI tanggal 20 februari 1967. Pengumuman tersebut dilatarbelakangi atas ketetapan MPRS No.XV/MPRS/1966 yang menyatakan apabila presiden berhalangan, maka pemegang Supersemar yang memegang jabatan presiden. Pada 4 Maret 1967, Jenderal Soeharto memberikan keterangan pemerintah di hadapan sidang DPRHR mengenai terjadinya penyerahan kekuasaan. Namun, pemerintah tetap berpendirian bahwa sidang MPRS perlu dilaksanakan agar penyerahan kekuasaan tetap konstitusional. Karena itu, diadakanlah Sidang Istimewa MPRS pada tanggal 7-12 Maret 1967 di Jakarta, yang akhirnya secara resmi mengangkat Soeharto sebagai presiden Republik Indonesia hingga terpilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan umum.


Peralihan Kekuasaan politik dari Orde lama ke Orde Baru.


Mayjen Soeharto


Terjadinya peristiwa G 30 S PKI sangat berpengaruh terhadap proses peralihan  pemerintahan dari Orde Lama ke Orde baru. Berikut proses peralihan pemerintahan dari Orde Lama ke Orde baru. Tanggal 16 Oktober 1966 Mayjen Soeharto telah dilantik menjadi Menteri Panglima Angkatan Darat dan dinaikkan pangkatnya menjadi Letnan Jenderal.

Keberanian KAMI dan KAPPI yang memberikan kesempatan bagi Mayjen Soeharto untuk menawarkan jasa baik demi pulihnya kemacetan roda pemerintahan dapat diakhiri. Untuk itu ia mengutus tiga Jenderal yaitu M.Yusuf, Amir macmud dan Basuki Rahmat oleh Soeharto untuk menemui presiden guna menyampaikan tawaran itu pada tanggal 11 Maret 1966. Sebagai hasilnya lahirlah surat perintah 11 Maret 1966 (SUPERSEMAR).

"Supersemar" atau Surat Perintah Sebelas Maret adalah surat perintah yang ditandatangani Presiden Soekarno pada 11 Maret 1966. Isinya berupa instruksi Presiden Soekarno kepada Letjen Soeharto, selaku Menteri Panglima Angkatan Darat, untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengawal jalannya pemerintahan pada saat itu. Sampai saat ini belum ada yang tahu secara pasti isi supersemar.

Pada tanggal 7 februari 1967, jenderal Soeharto menerima surat rahasia dari Presiden melalui perantara Hardi S.H. Pada surat tersebut di lampiri sebuah konsep surat penugasan mengenai pimpinan pemerintahan sehari-hari kepada pemegang Supersemar.

Pada 11 Februari 1967 Jend. Soharto mengajukan konsep yang bisa digunakan untuk mempermudah penyelesaian konflik. Konsep ini berisi tentang pernyataan presiden berhalangan atau presiden menyerahkan kekuasaan pemerintah kepada pemegang Supersemar sesuai dengan ketetapan MPRS No.XV/MPRS/1966, presiden kemudian meminta waktu untuk mempelajarinya.

Pada tanggal 12 Februari 1967, Jend.Soeharto kemudian bertemu kembali dengan presiden, presiden tidak dapat  menerima  konsep tersebut karena tidak menyetujui pernyataan yang isinya berhalangan.
Pada tanggal 20 Februari 1967 ditandatangani konsep ini oleh presiden setelah diadakan sedikit perubahan yakni pada pasal 3 di tambah dengan kata-kata menjaga dan menegakkan revolusi.

Pada tanggal 23 Februari 1967, pukul 19.30 bertempat di Istana Negara presiden /Mendataris MPRS/ Panglima tertinggi ABRI dengan resmi telah menyerahkan kekuasaan pemerintah kepada pengemban Supersemar yaitu Jend.Soeharto.

Pada bulan Maret 1967, MPRS mengadakan sidang istimewa dalam rangka mengukuhkan pengunduran diri Presiden Soekarno sekaligus mengangkat Jenderal Soeharto sebagai pejabat presiden RI.
Setelah turunnya Presiden Soekarno dari kursi kepresidenan maka berakhirlah orde lama. Kepemimpinan disahkan kepada Jendral Soeharto yang menanamkan era kepemimpinanya sebagai orde baru.


Kelebihan dan Kekurangan Pemerintahan Orde Lama.

Masa Pemerintahan Orde Lama memang tergolong pemerintahan yang mengalami banyak transisi sistem pemerintahan dan banyak peristiwa penting yang terjadi di dalamnya. Berikut kelebihan dan kekurangan masa Pemerintahan Orde lama:

Kelebihan Masa Orde Lama.
  • Presiden Soekarno banyak menyumbangkan gagasan-gagasan dalam politik luar negeri.
  • Indonesia berhasil merebut kembali Irian Barat dari Belanda melalui jalur diplomasi dan militer
  • Kepemimpinan Indonesia di mata dunia Internasional mempunyai sumbangsih besar, yaitu sebagai pelopor gerakan Non blok dan Pemimpin Asia Afrika. Konferensi Asia Afrika diadakan pada tahun 1955 di Bandung. Konferensi Asia Afrika tersebut membuahkan Gerakan Non-Blok pada tahun 1961.
  • Mampu membangun integritas nasional yang kuat

Kekurangan Masa Orde Lama
  • Penataan kehidupan konstitusional yang tidak berjalan sebagaimana di atur dalam UUD 1945.
  • Situasi politik yang tidak stabil terlihat dari banyaknya pergantian kabinet yang mencapai 7 kali pergantian kabinet.
  • Sistem demokrasi terpimpin. Kekuasaan Presiden Soekarno yang sangat Dominan, Sehingga kehidupan politik tidak tumbuh demokratis.
  • Pertentangan ideologi antara nasionalis, agama dan komunis (NASAKOM)
  • Terjadinya inflasi yang mengakibatkan harga kebutuhan pokok menjadi tinggi.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, jika ada kesalahan atau kekurangan kami mohon maaf, silahkan tinggalkan komentar dengan sifatnya membangun menjadi lebih baik. Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih.


Sistem Pemerintahan Indonesia Pada Masa Orde Baru (1966 - 1998)

Sistem Pemerintahan Masa Era Reformasi, Penyebab Terjadinya Era Reformasi

Bahan bacaan lainnya, jika membantu tugas sekolah silahkan klik Berbagai Reviews

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan, silahkan klik Baraja Farm

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar