Pengertian Gibah (Mengumpat)
Mengumpat ialah menceritakan atau menyebut keburukan atau kekurangan seseorang kepada orang lain.Rasulullah S.A. W. menjelaskan mengenai mengumpat separti sabda nya bermaksud "Mengumpat itu ialah apabila kamu menyebut perihal saudaramu dengan sesuatu perkara yang dibencinya" (Hadis Riwayat Muslim)
Secara bahasa, Gibah berarti mengumpat, menggunjing yakni membicarakan keburukan, aib orang lain, sedangkan secara istilah gibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seseorang, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan). Baik dalam hal keadaan jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatina, akhlaknya, bentuk lahiriyah dan sebagainya. Caranyapun bermacam-macam. Di antaranya dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang dipergunjingkan dengan maksud mengolok-ngolok.
Gibah adalah salah satu perbuatan yang tercela dan memiliki dampak negatif yang cukup besar. Gibah dapat mencerai-beraikan ikatan kasih sayang dan ukhuwah sesama manusia. Seseorang yang berbuat gibah berarti dia telah enebarkan kedengkian dan kejahatan dalam masyarakat.
Menurut seorang cendikiawan muslim Dr. Yusuf alQardawi mengatakan, “Ghibah adalah keinginan untuk menghancurkan orang, keinginan menodai harga diri, kehormtan, kemuliaan orang lain, sedangkan mereka tidak ada di hadapannya, hal ini menunjukan kelicikannya, sebab sama dengan menusuk dari belakang serta pengumpatan ini berarti melawan orang yang tidak berdaya”.
(QS. Al-Hujurat:12) tentang gibah
Artinya :
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang."(QS. Al-Hujurat:12).
Mengumpat berlaku sama ada disedari atau tidak. Perbuatan itu termasuk apabila menyebut atau menceritakan keburukan Biarpun tanpa menyebut nama pelakunya tetapi diketahui oleh orang yang mendengarnya.Memandangkan betapa buruk dan hinanya mengumpat, ia Disamakan seperti memakan daging saudara seagama. Manusia waras tidak sanggup memakan daging manusia, inikan pula daging saudara sendiri.
Pengecualian Ghibah
Para ulama telah memberikan pengecualian pada beberapa kasus yang dibolehkan untuk ghibah didalamnya, dengan menyimpulkan pada enam keadaan, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi, yaitu:
- Mengadukan kelaliman (ketidak adilan). Maka dibolehkan bagi orang yang dizalimi untuk mengadu pada penguasa atau hakim atau selain keduanya, yang mempunyai kekuasaan serta dikiranya mampu untuk menolong serta menghukum orang yang menzaliminya. Yaitu dengan mengatakan pada mereka: "Orang itu telah berbuat zalim padaku pada perkara ini..".
- Meminta bantuan untuk merubah kemungkaran dan menuntun pelaku maksiat agar kembali kejalan yang benar.
- Memohon fatwa. Yaitu
- dengan mengatakan kepada pemberi fatwa: "Ayahku atau saudaraku atau suamiku telah berbuat lalim padaku, apakah boleh aku menuntutnya? Apa solusiku agar bisa lepas darinya dan memperoleh hakku serta mencegah kelalimannya? Atau ucapan yang semisal ini.
- Memperingatkan kaum muslimin atas keburukan seseorang.
- Orang yang terang-terangan berbuat maksiat atau bid'ah. Seperti halnya, orang yang terang - terang minum khamr, pemungut atau penarik pajak. Maka dalam hal ini, kita sebutkan keburukannya saja, tanpa menyebutkan kekurangan yang lainnya.
- Pengenalan. Maksudnya, jika ada orang yang memang dikenal dengan julukan 'si tuli' atau 'si buta' atau 'si pincang' atau 'si rabun'. Dan sebagainya, maka boleh menyebut mereka dengan julukan-julukan tersebut.
Akan tetapi ternyata ada beberapa hal yang mengakibatkan seseorang diperbolehkan untuk melakukan gibah (mengumpat/menggunjing) sebagaimana keterangan dari Imam Nawawi dalam kitab Syarah Shahih Muslim dan As-Shalihin, menyatakan bahwa gibah hanya diperbolehkan untuk tujuan syara' yaitu yang disebabkan oleh enam hal:
- Orang yang mazlum (teraniaya) boleh menceritakan dan mengadukan kezaliman orang yang menzaliminya kepada seseorang penguasa atau hakim atau kepada orang yang berwenang memutuskan suatu perkara dalam rangka menuntut haknya.
- Meminta bantuan untuk menyingkirkan kemungkaran dan agar orang yang berbuat maksiat kembali ke jalan yang benar.
- Untuk memperingatkan kaum muslimin dari beberapa kejahatan.
- Menceritakan kepada khalayak tentang seseorang yang berbuat fasik atau bid'ah seperti, minum-minuman keras, menyita harta orang secara paksa, memungut pajak liar atau perkara-perkara bathil lainnya.
- Bila seseorang telah dikenal dengan julukan si pincang, si pendek, si bisu, si buta, atau sebagainya, maka kita boleh memanggilnya dengan julukan di atas agar orang lain langsung mengerti. Tetapi jika tujuannya untuk menghina, maka haram hukumnya. Jika ia mempunyai nama lain yang lebih baik, maka lebih baik memanggilnya dengan nama lain tersebut.
Mengumpat Bukan Sifat Orang Beriman.
Mengumpat bukanlah sifat orang beriman. Karena orang beriman selalu menjaga lisannya dan diperintahkan berkata yang baik. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah.” (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47)
Sifat orang beriman pula tidaklah mengumpat dengan perkataan dan tingkah laku. Ancaman bagi mereka yang mencela seperti itu jelas sekali dalam ayat berikut,
وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela” (QS. Al Humazah: 1)
Ayat ini adalah ancaman bagi orang yang mencela yang lain dengan perbuatan dan mengumpat dengan ucapan. Hamaz adalah mencela dan mengumpat orang lain dengan isyarat dan perbuatan. Sedangkan lamaz adalah mencela orang lain dengan ucapan.
Dosa Mengumpat (Ghibah)
Dosa mengumpat bukan saja besar, malah antara dosa yang tidak akan diampunkan oleh Allah biarpun pelakunya benar-benar bertaubat. Dosa mengumpat hanya layak diampunkan oleh orang yang diumpatkan.Selagi orang yang diumpatnya tidak mengampunkan, maka dosa itu akan kekal dan menerima pembalasannya diakhirat.
Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud:Awaslah daripada mengumpat kerana mengumpat itu lebih berdosa daripada zina. Sesungguhnya orang melakukan zina, apabila dia bertaubat, Allah akan menerima taubatnya."Dan sesungguhnya orang yang melakukan umpat tidak akan diampunkan dosanya sebelum diampun oleh orang yang diumpat" (Hadis riwayat Ibnu Abib Dunya dan Ibnu Hibbad)
Disebabkan mengumpat terlalu biasa dilakukan, maka ia Tidak dirasakan lagi sebagai satu perbuatan dosa. Hakikat inilah perlu direnungkan oleh semua.Mengumpat dan mencari kesalahan orang lain akan mendedahkan diri pelakunya diperlakukan perkara yang sama oleh orang lain. Allah akan membalas perbuatan itu dengan mendedahkan keburukan pada dirinya.
Sabda Rasulullah S.A.W. "wahai orang beriman dengan lidahnya tetapi belum beriman dengan hatinya! Janganlah kamu mengumpat kaum muslim, dan jangan lah kamu mengintip-intip keaibannya. Sesungguhnya, sesiapa yang mengintip keaiban saudaranya, maka Allah akan mengintip keaibannya,dan dia akan mendedahkannya, meskipun dia berada dalam rumahnya sendiri" (Hadis riwayat Abu Daud)
Orang yang mengumpat akan mendapat kerugian besar pada hari akhirat. Pada rekod amalan mereka akan dicatatkan sebagai perbuatan menghapuskan pahala.Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud :"Perbuatan mengumpat itu samalah seperti api memakan ranting kayu kering".Pahala yang dikumpulkan sebelum itu akan musnah atau dihapuskan seperti mudahnya api memakan kayu kering sehingga tidak tinggal apa-apa lagi.
Diriwayatkan oleh Abu Ummah al-Bahili, diakhirat seorang terkejut besar apabila melihat catatan amalan kebaikan yang tidak pernah dilakukannya didunia. Maka, dia berkata kepada Allah "Wahai Tuhan ku, dari manakah datangnya kebaikan yang banyak ini, sedangkan aku tidak pernah melakukannya".Maka Allah menjawab :"Semua itu kebaikan (pahala) orang yang mengumpat engkau tanpa engkau ketahui".
Sebaliknya, jika pahala orang yang mengumpat tidak ada lagi untuk diberikan kepada orang yang diumpat, maka dosa orang yang diumpat akan dipindahkan kepada orang yang mengumpat. Inilah dikatakan orang muflis diakhirat nanti.Memandangkan betapa buruknya sifat mengumpat, kita wajib berusaha mengelakkan diri daripada melakukannya. Oleh itu perbanyakkan lah zikir supaya dapat menghindarkan diri daripada mengumpat.
Hadist Mengenai Dosa Orang Mengumpat.
- Pengertian mengumpat adalah menceritakan keburukan seseorang walaupun ianya benar. manakala, maksud memfitnah pula adalah menceritakan keburukan seseorang padahal ianya tidak benar atau bohong.
- Rasulullah SAW menjelaskan mengumpat ini dalam sabda baginda yg bermaksud, “mengumpat itu ialah apabila kamu menyebut perihal saudaramu dengan sesuatu perkara yang dibencinya” (Hadis Riwayat Muslim)
- Dosa mengumpat membinasakan amal kebaikan ibarat api membakar kayu kering
- Dari Jabir dan Abi Said, Rasulullah SAW bersabda: “Awaslah daripada mengumpat, kerana mengumpat itu lebih keras daripada zina. sesungguhnya seseorang terkadang ia berzina dan bertaubat. maka diterima Allah swt akan taubatnya. Dan sesungguhnya seseorang yg mengumpat, tidak akan diampun dosanya sebelum diampuni oleh org yg diumpatnya itu.”
- Balasan bagi orang yang suka mengumpat, Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Anas, Rasulullah SAW bersabda:“Pada malam aku diIsra’kan aku telah melalui suatu kaum yg mencakar-cakar muka mereka dgn kuku-kukunya sendiri, maka aku berkata: “Hai Jibril siapa mereka ini? jawab Jibril: Mereka ini adalah org2 yg suka mengumpat dan mereka juga suka menjaga tepi kain org”.(Abu Daud dari Anas)
Peringatan Rasulullah SAW kepada Orang Beriman
Sabda Rasulullah: “Wahai org beriman dgn lidahnya, tetapi belum beriman dgn hatinya! Janganlah kamu mengumpat kaum Muslim, dan janganlah kamu mengintip keaiban (menjaga tepi kain) mereka. Sesungguhnya, sesiapa yg mengintip keaiban saudaranya, maka Allah akan mengintip keaiban, dan dia akan mendedahknnya, meskipun dia berada dalam rumahnya sendiri.”
(Hadis Riwayat Abu Daud).
Cara Menghindari Perilaku Gibah
Untuk menghindari perilaku gibah sebaiknya kita harus menyadari hal-hal sebagai berikut:
- Menyadari bahwa gibah itu akan merugikan diri sendiri dan orang lain.
- Menyadari bahwa gibah itu berdosa karena melanggar larangan Allah SWT.
- Senantiasa melakukan pengecekan secara teliti (tabayun) terhadap kebenaran berita yang berkenaan dengan diri seseorang atau kelompok.
- Bergaul dengan orang-orang saleh dan menghindari orang yang sering berbuat maksiat.
- Selalu berprasangka baik (husnuzhan) kepada sesama muslim danmencarikan alasan baik jika melihat kekurangannya serta menasehatinya secara sembunyi.
- Menutupi aib sesama muslim dan tidak berusaha menyebar-nyebarkan keburukan orang lain.
Contoh Perilaku Gibah
Perilaku gibah atau mengumpat dapat berbentuk berbagai macam, seperti:
- Aib dalam Agama. Seperi kata-katamu pada sesama muslim: Dia itu fasiq, atau fajir (suka berbuat dosa), pengkhianat, zalim, melalaikan shalat, meremehkan terhadap najis, tidak bersih atau bersuci, tidak memberikan zakat pada yang semestinya, suka menggibah, dan sebagainya.
- Aib Fisik. Seperti kata-katamu pada sesama muslim: Dia itu buta, tuli, bisu, lidahnya pelat/cadel, pendek, jangkung, hitam, gendut, ceking, dan sebagainya.
- Aib Duniawi. Seperti kata-katamu pada sesama muslim: Dia itu kurang ajar, suka meremehkan orang lain, tukang makan, tukang tidur, banyak omong, sering tidur, bukan pada waktunya, duduk bukan pada tempatnya, dan sebagainya.
- Aib Karakter. Seperti kata-katamu pada sesama muslim; Dia itu buruk akhlaqnya, sombong, pendiam, terburu-buru, lemah, lemah hatinya, sembrono, dan lain-lain.
- Aib Keluarganya. Seperti kata-katamu pada sesama muslim: Dia itu bapaknya fasik, Cina, tukang batu, dan lain-lain.
- Prasangka Buruk Tanpa Alasan. Prasangka buruk merupakan gibah hati.
Akibat Ghibah
- Orang yang melakukan ghibah akan mengalami kerugian, karena pahala amal kebaikannya dia berikan kepada orang yang menjadi sasaran ghibahnya ;
- Mengakibatkan putusnya ukhuwah, rusaknya kasih saying, timbulnya permusuhan, tersebarnya aib, lahirnya kehinaan dan timbulnya keinginan untuk menyebarkan berita keburukan orang lain;
- Mendapat azab Allah SWT yang sangat pedih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar