Kumpulan artikel tentang Pengetahuan, pendidikan dan dunia

Kamis, 17 Januari 2019

Rumah Adat Sumatera Barat, Sejarah, Filosofi, Struktur, Fungsi, Nama - Nama Rumah Adat Minangkabau, Rumah Gadang.

| Kamis, 17 Januari 2019
Rumah Adat Minangkabau - pustakapengetahuan.com


Rumah Gadang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjuang.


Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di sumatra barat, Namun tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau.


Sejarah Adat Minangkabau (Rumah Gadang).

Bentuk atap rumah gadang yang mirip tanduk kerbau sering dihubungkan dengan cerita rakyat "Tambo Alam Minangkabau". Cerita tersebut bercerita tentang kemenangan orang Minang dalam peristiwa adu kerbau melawan orang Jawa.

Bentuk-bentuk yang mirip tanduk kerbau tersebut sangat sering digunakan orang Minangkabau, baik sebagai simbol atau pada perhiasan. Di antaranya adalah pakaian adat, yaitu tingkuluak tanduak (tengkuluk tanduk) untuk Bundo Kanduang.

Asal-usul rumah gadang juga seringkali dihubungkan dengan kisah perjalanan nenek moyang wong Minang. Konon ceritanya, bentuk badan rumah gadang Minangkabau yang menyerupai tubuh kapal adalah meniru bentuk perahu nenek moyang pada masa lampau. Perahu nenek moyang ini dikenal dengan sebutan lancang.

Menurut cerita, lancang nenek moyang ini semula berlayar menuju hulu Batang Kampar. Setelah sampai di suatu daerah, para penumpang dan awak kapal naik ke darat. Lancang ini juga ikut ditarik ke darat agar tidak lapuk oleh air sungai.

Lancang kemudian ditopang dengan kayu-kayu agar berdiri dengan kuat. Lalu, lancang itu diberi atap dengan menggantungkan layarnya pada tali yang dikaitkan pada tiang lancang tersebut. Kemudian, karena layar yang menggantung sangat berat, tali-talinya membentuk lengkungan yang menyerupai gonjong.

Lancang ini menjadi tempat hunian buat sementara. Selanjutnya, para penumpang perahu tersebut membuat rumah tempat tinggal yang menyerupai lancang tersebut. Setelah para nenek moyang orang Minangkabau ini menyebar, bentuk lancang yang bergonjong terus dijadikan sebagai ciri khas bentuk rumah mereka.

Dengan adanya ciri khas ini, sesama mereka bahkan keturunannya menjadi lebih mudah untuk saling mengenali. Mereka akan mudah mengetahui bahwa rumah yang memiliki gonjong adalah milik kerabat mereka yang berasal dari lancang yang sama mendarat di pinggir Batang Kampar.


Filosofi Rumah Adat Minangkabau (Rumah Gadang).

Sebagai suku bangsa yang menganut falsafah alam, garis dan bentuk rumah gadang tampak serasi dengan bentuk alam Bukit Barisan yang bagian puncaknya bergaris lengkung yang meninggi pada bagian tengahnya serta garis lerengnya melengkung dan mengembang ke bawah dengan bentuk bersegi tiga pula.

Ggaris alam Bukit Barisan dan garis rumah gadang merupakan garis-garis yang berlawanan, tetapi merupakan komposisi yang harmonis jika dilihat secara estetika. Jika dilihat dan segi fungsinya, garis-garis rumah gadang menunjukkan penyesuaian dengan alam tropis. Atapnya yang lancip berguna untuk membebaskan endapan air pada ijuk yang berlapis-lapis itu, sehingga air hujan yang betapa pun sifat curahannya akan meluncur cepat pada atapnya.

Bangun rumah yang membesar ke atas, yang mereka sebut silek, membebaskannya dan terpaan tampias. Kolongnya yang tinggi memberikan hawa yang segar, terutama pada musim panas. Di samping itu rumah gadang dibangun berjajaran menurut arah mata angin dari utara ke selatan guna membebaskannya dari panas matahari serta terpaan angin.

Jika dilihat secara keseluruhan, arsitektur rumah gadang itu dibangun menurut syarat-syarat estetika dan fungsi yang sesuai dengan kodrat atau yang nilai-nilai kesatuan, kelarasan, keseimbangan, dan kesetangkupan dalam keutuhannya yang padu.

Dari sisi filosofinya, rumah gadang dikatakan gadang (besar) bukan karena bentuknya yang besar melainkan fungsinya yang gadang. Ini ternukil dalam ungkapan yang sering kita dengan bila tetua-tetua adat membicarakan masalah rumah gadang tersebut.

Rumah Gadang basa batuah, Tiang banamo kato hakikat, Pintunyo banamo dalil kiasan, Banduanyo sambah-manyambah, Bajanjang naik batanggo turun, Dindiangnyo panutuik malu, Biliak­nyo aluang bunian 
Dari ungkapan tersebut, artinya fung­si rumah gadang tersebut me­nyelingkupi bagian keseluruhan ke­hi­dupan sehari-hari orang Minangkabau, baik sebagai tem­pat kediaman keluarga dan me­rawat ke­luarga, pusat melaksa­na­kan ber­bagai upacara, sebagai tem­pat ting­gal bersama keluarga dan inipun di­atur dimana tempat pe­rempuan yang sudah berkeluarga dan yang be­lum, sebagai tempat ber­mufakat, ru­mah gadang merupa­kan ba­ngun­an pusat dari seluruh ang­gota ka­um dalam membicarakan ma­sa­lah mereka bersama dalam se­buah suku, kaum maupun nagari dan sebagainya. Memang sebuah fung­­sional dari rumah gadang tersebut bila kita pahami dengan baik.


Struktur Rumah Adat Minangkabau.

Rumah adat ini memiliki keunikan bentuk arsitektur dengan bentuk puncak atapnya runcing yang menyerupai tanduk kerbau dan dahulunya dibuat dari bahan ijuk yang dapat tahan sampai puluhan tahun, namun belakangan atap rumah ini banyak berganti dengan atap seng. Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian, muka dan belakang. Bagian depan dari Rumah Gadang biasanya penuh dengan ukiran ornamen dan umumnya bermotif akar, bunga, daun serta bidang persegi empat dan genjang. Sedangkan bagian luar belakang dilapisi dengan belahan bambu. Rumah tradisional ini dibina dari tiang-tiang panjang, bangunan rumah dibuat besar ke atas, namun tidak mudah rebah oleh goncangan, dan setiap elemen dari Rumah Gadang mempunyai makna tersendiri yang dilatari oleh tambo yang ada dalam adat dan budaya masyarakat setempat.

Pada umumnya Rumah Gadang mempunyai satu tangga yang terletak pada bagian depan. Sementara dapur dibangun terpisah pada bagian belakang rumah yang didempet pada dinding.

Karena wilayah Minangkabau rawan gempa sejak dulunya karena berada di pegunungan Bukit Barisan, maka arsitektur Rumah Gadang juga memperhitungkan desain yang tahan gempa. Seluruh tiang Rumah Gadang tidak ditanamkan ke dalam tanah, tetapi bertumpu ke atas batu datar yang kuat dan lebar. Seluruh sambungan setiap pertemuan tiang dan kasau (kaso) besar tidak memakai paku, tetapi memakai pasak yang juga terbuat dari kayu. Ketika gempa terjadi Rumah Gadang akan bergeser secara fleksibel seperti menari di atas batu datar tempat tonggak atau tiang berdiri. Begitu pula setiap sambungan yang dihubungkan oleh pasak kayu juga bergerak secara fleksibel, sehingga Rumah Gadang yang dibangun secara benar akan tahan terhadap gempa.

Sisi dalam rumah adat Minangkabau.

Seperti yang sudah disinggung pada bab sebelumnya, bangunan yang menjadi ikon atau ciri khas dari provinsi Sumatera Barat adalah Rumah Gadang. Bangunan adat ini merupakan rumah model panggung yang berukuran besar serta memiliki bentuk persegi panjang. Hampir sama dengan rumah adat di Indonesia pada umumnya, rumah adat Minangkabau ini terbuat dari dibuat dari beberapa material yang berasal dari alam. Misalnya pada tiang penyangga, dinding dan lantainya yaitu terbuat dari papan kayu dan juga bambu, sedangkan pada bagian atapnya yang berbentuk seperti tanduk kerbau ini terbuat dari ijuk.

Selain itu ternyata ada juga yang menyebutkan bahwa pada atap dari bangunan ini diibaratkan seperti bentuk kapal yaitu dengan ukuran kecil dibawah dan yang besar dibagian atas. Kemudian pada bagian atapnya juga mempunyai lengkung keatas yang kurang lebih seperti setengah lingkaran.

Meskipun rumah adat ini hampir 100% terbuat dari alam, namun arsitektur dari bangunan ini memiliki desain yang sangat bagus dan juga sangat kuat. Selain itu rumah adat dari Sumatera Barat ini ternyata memiliki desain yang tahan gempa yang sesuai dengan kondisi geografis didaerah tersebut yang sangat rawan dengan bencana gempa. Dengan desain yang  tahan terhadap gempa tersebut, pada rumah adat Gadang ini di salah satu tiangnya ada yang menancap di tanah.

Kemudian pada tiang yang lainnya dari rumah adat ini justru menumpang atau bertumpu pada batu-batuan di atas tanah. Sehingga dengan desain yang seperti itu, pada bangunan tersebut tidak akan tubuh meskipun terjadi gempa yang kuat. Tak hanya itu, pada setiap pertemuan antara tiang dan kaso besar pada rumah adat ini tidak disatukan dengan paku, melainkan menggunakan pasak yang terbuat dari kayu. Sehingga dengan teknik sambungan seperti itu bangunan tersebut akan bergerak dengan fleksibel meski terguncang dengan getaran gempa.

Bentuk atap rumah adat Minangkabau.

Kemudian ada setiap elemen dari bangunan rumah adat Gadang tersebut juga memiliki makna tersendiri. Ada beberapa unsur-unsur yang terdapat pada rumah adat Gadang ini diantaranya:
  • Gojong yaitu struktur pada atap dari rumah adat ini yang seperti tanduk kerbau.
  • Singkok, sebuah dinding yang berbentuk segitiga yang berada di bawah ujung bojong.
  • Pereng, yaitu rak yang ada di bawah singkok.
  • Anjuang, merupakan sebuah lantai yang mengambang.
  • Dindiang ari, merupakan sebuah dinding yang berada di bagian samping dari bangunan rumah adat ini.
  • Dindiang tapi, yakni sebuah dinding yang terletak di bagian depan dan belakang.
  • Papan banyak, fasad depan.
  • Papan sakapiang, adalah sebuah rak yang ada di pinggir rumah.
  • Salangko, yaitu merupakan sebuah dinding yang berada di bawah rumah.

Ukiran dinding rumah adat MinangKabau.

Pada bagian dinding Rumah Gadang di buat dari bahan papan, sedangkan bagian belakang dari bahan bambu. Papan dinding dipasang vertikal, sementara semua papan yang menjadi dinding dan menjadi bingkai diberi ukiran, sehingga seluruh dinding menjadi penuh ukiran. Penempatan motif ukiran tergantung pada susunan dan letak papan pada dinding Rumah Gadang.

Pada dasarnya ukiran pada Rumah Gadang merupakan ragam hias pengisi bidang dalam bentuk garis melingkar atau persegi. Motifnya umumnya tumbuhan merambat, akar yang berdaun, berbunga dan berbuah. Pola akar biasanya berbentuk lingkaran, akar berjajaran, berhimpitan, berjalinan dan juga sambung menyambung. Cabang atau ranting akar berkeluk ke luar, ke dalam, ke atas dan ke bawah.

Disamping motif akar, motif lain yang dijumpai adalah motif geometri bersegi tiga, empat dan genjang. Motif daun, bunga atau buah dapat juga diukir tersendiri atau secara berjajaran.

Simbol rumah adat Minangkabau.

Gonjong (bagian atap yang melengkung dan lancip) Rumah Gadang menjadi simbol atau ikon bagi masyarakat Minangkabau di samping ikon yang lain, seperti warna hitam-merah-kuning emas, rendang, dan lainnya. Hampir seluruh kantor pemerintahan di Sumatera Barat memakai desain Rumah Gadang dengan atap gonjongnya, walaupun dibangun secara permanen dengan semen dan batu. Ikon gonjong juga dipakai di bagian depan rumah makan Padang yang ada di berbagai tempat di luar Sumatera Barat. Logo-logo lembaga atau perkumpulan masyarakat Minang juga banyak yang memakai ikon gonjong dengan segala variasinya.

Pengguna desain rumah adat Minangkabau.

Keunikan bentuk atap Rumah Gadang yang melengkung dan lancip, telah menginspirasi beberapa arsitek di belahan negeri lain, seperti Ton van de Ven di Negeri Belanda yang mengadopsi desain Rumah Gadang pada bangunan The House of the Five Senses. Bangunan yang dioperasikan sejak tahun 1996 itu digunakan sebagai gerbang utama dari Taman Hiburan Efteling. Bangunan setinggi 52 meter dan luas atap 4500 meter persegi itu merupakan bangunan berkonstruksi kayu dengan atap jerami yang terbesar di dunia menurut Guinness Book of Records.

Desain Rumah Gadang yang banyak terdapat di Negeri Sembilan juga diadopsi pada bangunan paviliun Malaysia di World Shanghai Expo 2010 yang diselenggarakan di Shanghai, China pada tahun 2010.


Fungsi Rumah Adat Minangkabau.

Rumah Gadang kaya dengan makna yang merupakan gambaran umum dari kehidupan masyarakat minangkabau secara keseluruhan. Dalam kehidupan sehari-hari, rumah gadang memiliki fungsi-fungsi tersendiri, fungsi tersebut adalah:

a. Fungsi Adat.

Sebuah rumah gadang, merupakan rumah utama yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat minangkabau yang diikat oleh suatu suku tertentu. Sebagai rumah utama, rumah gadang merupakan tempat untuk melangsungkan acara-acara adat dan acara-acara penting lain dari suku yang bersangkutan.

Kegiatan-kegiatan adat pada masyarakat minangkabau dapat kita uraikan berdasarkan kepada siklus kehidupan mereka, yaitu: Turun Mandi, Khitan, Perkawinan, Batagak Gala (Pengangkatan Datuak), dan Kematian.

Fungsi-fungsi di atas dapat disebut juga fungsi temporer yang berlangsung pada suatu rumah gadang, karena kegiatan tersebut tidak berlangsung setiap hari dan berlangsung pada waktu-waktu tertentu saja.

b. Fungsi Keseharian

Rumah gadang merupakan wadah yang menampung kegiatan sehari-hari dari penghuninya. Rumah gadang adalah rumah yang dihuni oleh sebuah keluarga besar dengan segala aktifitas mereka setiap harinya. Pengertian dari keluarga besar disini adalah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu serta anak wanita, baik itu yang telah berkeluarga ataupun yang belum berkeluarga, sedangkan anak laki-laki tidak memiliki tempat di dalam rumah gadang.

Jumlah kamar bergantung kepada jumlah perempuan yang tinggal di dalamnya. Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah kamar. Sementara perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh kamar bersama di ujung yang lain.

Fungsi inilah sebenarnya yang lebih dominan berlangsung pada suatu rumah gadang. Sebagaimana lazimnya rumah tinggal bagi masyarakat umumnya, disinilah interaksi antar anggota keluarga berlangsung. Aktifitas sehari-hari seperti makan, tidur, berkumpul bersama anggota keluarga dan lain sebagainya lebih dominan berlangsung disini, disamping kegiatan-kegiatan adat seperti yang telah diuraikan diatas.


Keunikan Rumah Adat Sumatera Barat Minangkabau.


Atap Rumah Gadang runcing - pustakapengetahuan.com

Atap Rumah Gadang yang Runcing.

Seperti kebanyakan rumah adat dari Sumatera, rumah Gadang memiliki bentuk atap yang runcing dan melengkung. Banyak yang menganggap bahwa model atap rumah Gadang terinspirasi dari model tanduk kerbau. Secara personifikasi, model atap rumah Gadang memang sengaja dibuat seperti tanduk kerbau yang melambangkan kemenangan. Tanduk kerbau dalam masyarakat minang selau dikaitkan dengan Tambo Alam Minangkabau, kisah tentang kerbau Minang dengan raja dari Jawa. Biasanya atap rumah dilapisi dengan ijuk berkualitas yang tahan hingga bertahun-tahun.

Model Rumah Panggung.

Berbeda dengan rumah tradisional dari Jawa, rumah Gadang mengadopsi model rumah panggung. Desain ini memang disesuaikan dengan kontur tanah di Sumatera Barat zaman dahulu yang masih hutan belantara. Rumah panggung bertujuan untuk berlindung dari hewan buas. Rumah panggung ini dilengkapi dengan satu buah anak tangga untuk memasuki rumah yang juga melambangkan bahwa masyarakat Minang sangat religius memeluk satu agama saja.

Dinding Motif Flora dan Fauna.

Pada bagian dinding, masyarakat Minang kerap menghias dinding dengan gambar corak flora ataupun fauna. Mereka menggunakan warna kuning, merah, dan juga hitam untuk mempercantik motif. Biasanya mereka akan menggambar motif tumbuhan merambat, akar tumbuhan, ataupun binatang seperti kerbau atau sapi yang melambangkan bahwa masyarakat Minang adalah penduduk yang hidup berdampingan dengan alam.

Ketiga filosofi rumah adat Sumatera Barat masih dijunjung tinggi secara turun temurun sehingga saat ini kita bisa melihat gambar rumah Gadang dengan ciri khas seperti yang sudah disebutkan di atas. Setelah mengetahui tentang ciri-ciri rumah adat Sumatera Barat bernama rumah Gadang, sekarang mari kita mengenal lebih dekat tentang struktur bangunan rumah ini.


Nama - Nama Rumah Adat Minangkabau Sumatera Barat.

1. Gonjong Ampek Baanjuang


Gonjong Ampek Baanjuang - pustakapengetahuan.com

Rumah adat ini merupakan rumah adat Padang dari rumah adat lainnya.

Bangunan rumah gadang dengan gonjong Ampek (empat) merupakan suatu keharusan di kawasan Luhak Nan Tigo, dan ini sebuah pertanda adat, walapun bangunannya lebih dari 7 ruang. Ciri bangunan beranjung adanya tambahan anjung pada kiri dan kanan bangunan.

2. Gonjong Anam (Gonjong Enam).


Rumah Gadang Gonjong Anam - pustakapengetahuan.com

Bangunan ini sebenarnya bentuk dasarnya adalah bangunan Gajah Maharam, yang telah dimodifikasi, kemudian di tempelkan ukiran, kesannya seperti bangunan beranjung, padahal tidak. Salangkonya memakai papan, bukan anyaman bambu, dan jendela dibuat lebih banyak agar cahaya lebih banyak masuk ke bangunan, jadi bangunan ini lebih maju (modern). Diperkirakan ini adalah bentuk transformasi bentuk Gajah Maharan ke bangunan Beranjung.

3. Rumah Gadang Batingkek (Rumah Gadang Bertingkat).


Rumah Gadang Batingkek - pustakapengetahuan.com

Model bangunan bergonjong empat dan bertingkat, banyak ditemukan di sekitar Singkarak, Kab.Solok. Model Model bangunan Gajah Maharam bertingkap di desa Pasir, Singkarak, Kab. Solok. Sayangnya, jenis bangunan termasuk langka dan tidak banyak lagi bangunan ini ada di Sumatera Barat.

4. Rumah Gadang Surambi Papek


Rumah Gadang Surambi Papek - pustakapengetahuan.com

Ciri bangunan ini adalah pengakhiran kiri dan kanan bangunan yang disebut “bapamokok” (papek) dalam bahasa Minang. Umumnya pintu masuk dari belakang dan ada pula yang membuatnya dari depan.
Tipe bangunan Surambi Papek, di Koto Marapak Bukit Tinggi banyak dimodifikasi, karena orang tidak selalu menyukai masuk dari belakang rumah, jadi pintu masuk dipindahkan ke depan dan tidak jarang juga diberi serambi, dengan anak tangga dua buah. Masuk dari belakang rumah (dapur) ini mengukuhkan prinsip bahwa yang punya rumah sebenarnya perempuan, laki-laki (menantu) hanya menumpang.

Model bangunan Surambi Papek, bergonjong empat, di Bukittingg jaman kolonial, penggunaan semen untuk tangga masuk yang di rubah di depan bangunan.

5. Rumah Gadang Gonjong Limo.


Rumah Gadang Gonjong Limo - pustakapengetahuan.com

Model bangunan bergonjong lima banyak berlokasi di kota Payakumbuh, Luhak Limo Puluah Koto (50 Kota).

Ciri bangunan Gonjong Limo adalah adanya tambahan gonjong pada bagian kiri atau kanan bangunan, pengakhiran bangunannya mirip dengan Gajah Maharam, dimana pengakhirannya tidak ditambah anjung (pengertian anjung lihat denah di bawah), sebab bangunan ini sebenarnya ada anjung. Istilah Puncak limo dan Rajo Babandiang.

6. Rumah Gadang Gajah Maharam


Rumah gadang gajah maharam - pustakapengetahuan.com


Secara keseluruhan rumah ini terbuat dari bahan kayu dan atap yang berbahan seng. Arah hadap bangunan adalah arah utara. Rumah Gadang Gajah Maharam memiliki gonjong sebanyak lima buah, empat buah di bagian atap dan sebuah di bagian depan sebagai pelindung tangga masuk rumah. Berdasarkan informasi yang didapat, jenis kayu sebagai bahan utama komponen bangunan adalah kayu Juar, Surian dan ruyung (pohon kelapa). Dinding pada Timur, Barat dan Selatan rumah di gunakan Sasak. Rumah adat ini mempunyai denah empat persegi panjang dengan jumlah tiang penopang bangunan yang berjumlah 30 buah. Pada bagian dalam bangunan terdapat 4 buah kamar yang terletak pada sisi selatan bangunan yang berjejer arah Timur-Barat. Pada masing-masing pintu kamar ini terdapat ukiran-ukiran bermotif flora berupa les pintu. Sedangkan pada bagian atas pintu kamar terdapat ukiran berbentuk setengah lingkaran dengan motif flora dan mahkota. Diperkirakan motif mahkota ini dipengaruhi oleh masa kolonial.

7. Rumah Gadang Ganjong Sibak Baju.




Rumah ini memiliki ciri pengukiran yang mirip sibak baju atau belahan baju namun bangunan dasar dari bangunan ini tetap mengacu kepada desain gajah maharam.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, jika ada kesalahan dan kekurangannya, kami mohon yang sebesar - besarnya. Silahkan tinggalkan pesan yang sifatnya membangun, Semoga bermanfaat. Terima Kasih.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar